Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an

Nuzulul Qur'an yang lazim diperingati umat Islam di seluruh penjuru negeri ini. Pada umumnya peringatan ini fokus pada sejarah turunnya Al-Qur'an. Akan tetapi, peringatan tersebut akan terasa lengkap, ketika umat Islam juga sebaiknya diajak untuk mengingat kembali apa al-Qur'an itu, bagaimana al-Qur'an diturunkan, serta mengingat kembali keagungan Al-Qur'an
Secara bahasa, Al-Qur'an memiliki persamaan kata, yakni al-qiraah yang memiliki arti bacaan. Hal ini terungkap dalam QS. Al-Qiyamah ayat 17-18 berikut ini :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ . فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Artinya, "Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu."
Kemudian para ulama mendefinisikannya dalam ilmu al-Qur'an, bahwa al-Qur'an :
الْكَلَامُ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
Artinya : "Kalam (Allah SWT) yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushaf yang dikutip secara mutawatir (berturut-turut dan dilakukan oleh banyak orang) serta dianggap beribadah dengan membacanya". (Muhammad Abdul 'Adhim Az-Zarqani, Manahilul 'Irfan Fi Ulumil Qur'an, [Beirut: Darul Kitab Al-'Arabi, 1995], Juz II, hal. 21).
Menurut pendapat yang masyhur, pada bulan Ramadhan, Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfudz (pusat informasi semesta) ke Baitul 'Izzah (rumah ibadah penduduk langit) di langit dunia. Hal ini merujuk pada QS. Al-Baqarah: 185, QS. Ad-Dukhan: 3, dan QS. Al-Qadar: 1. Setelah itu, malaikat Jibril AS menurunkannya secara bertahap, yang berisi perintah, larangan, dan berbagai sebab. Proses penurunan Al-Qur'an secara bertahap ini berlangsung selama sekitar dua puluh tahun (Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar al-Qurthubi, al-Jami' Li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah al-Risalah, 2006], Jilid III, hal. 160-161).
Kalam Allah SWT pada definisi di atas merupakan penegasan, bahwa tidak ada kalam manusia, jin dan malaikat di dalam Al-Qur'an. Dan sejalan dengan keagungan Allah SWT, kalam-Nya juga merupakan hal yang agung. Sehingga hal ini menarik minat umat Islam yang ingin diajak bicara oleh Allah SWT. Baik dengan membacanya maupun menghafalnya.
Bagi mereka yang sekedar membaca Al-Qur'an, pahala berlipat Allah SWT janjikan setara dengan sepuluh kebaikan. Hal ini terungkap dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud RA, bahwa nabi SAW bersabda:
مَنْ قَرَأْ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَزْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya : "Rasulullah SAW bersabda : Siapapun yang membaca satu huruf dari kitab Allah SWT, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan setara dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akn tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, [Cairo: Dar At-Ta'shil, 2016], Jilid IV, hal. 38).
Lebih lanjut, At-Tirmidzi menyampaikan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib RA, yang ditujukan kepada mereka yang menghafal Al-Qur'an dan mendalami isinya. Dalam hadits tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan Al-Qur'an, seseorang yang memahami dan mengamalkan ajarannya akan mengetahui mana yang halal dan mana yang haram.
Selain dijanjikan masuk surga, orang tersebut juga akan diberikan kewenangan untuk memberi syafaat sepuluh orang dari keluarganya yang divonis masuk neraka agar dapat masuk surga. Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْقُزآنَ فَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ أَدْخَلَهُ اللّهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ
Artinya, "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya, kemudian menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur'an, dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur'an, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan Al-Qur'an tersebut dan memberi syafaatnya kepada sepuluh orang dari keluarganya, yang semuanya [pada awalnya] telah ditetapkan masuk neraka." (Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV, hal. 31).
Keagungan Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada aktivitas membaca dan menghafalnya, tetapi juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam menjawab berbagai tantangan manusia yang mengingkarinya.
Di sisi lain, Al-Qur'an juga mampu melemahkan tantangan-tantangan tersebut. Kemampuan ini dikenal dengan istilah i'jazul Qur'an, yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat, bahkan menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Menurut As-Suyuthi, kebesaran mukjizat Al-Qur'an dapat dilihat dari sisi rasionalitasnya. Jika mukjizat para nabi terdahulu bersifat indrawi, seperti unta Nabi Shalih AS dan tongkat Nabi Musa AS, maka seiring wafatnya para nabi tersebut, mukjizat mereka hanya tinggal cerita.
Tidak ada satu pun manusia yang dapat melihatnya, apalagi menirunya. Sedangkan mukjizat Al-Qur'an tetap ada sepanjang masa, seiring perkembangan rasionalitas manusia itu sendiri. (Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2008], hal. 645).
Salah satu contoh mukjizat Al-Qur'an yang mengajak manusia modern berpikir secara serius adalah proses perkembangan janin manusia yang terungkap dalam QS. Al-Mu'minun ayat 12-14.
Ayat ini disampaikan pada masa ketika belum ada ilmu kedokteran modern seperti saat ini. Selain itu, ayat tersebut disampaikan oleh sosok yang tidak mampu membaca dan menulis.
Berdasarkan fakta ini, para dokter modern termotivasi untuk mengembangkan ilmu kedokteran hingga muncul cabang spesialisasi dokter kandungan. Motivasi inilah yang menurut Manna'ul Qathan disebut sebagai i'jazul ilmi (Manna'ul Qathan, Mabahits fi Ulumil Qur'an, hal. 270).
Pada akhirnya, memperingati Nuzulul Qur'an pada bulan Ramadhan tidak sekadar mengenang bagaimana Al-Qur'an diturunkan, tetapi juga menjadi media untuk memantapkan keyakinan umat Islam terhadap keagungannya. Hal itu dapat dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan mengamalkan isi Al-Qur'an. Wallahu A'lam.
Ustadz Muhammad Tantowi, Koordinator Ma'had MTsN 1 Jember
Baca Juga
- Semarak Ramadhan, PCINU Qatar Bagikan 500 Paket Ifthar dan Sajadah - NU Online
- Adee Ie Leubeue Kembang Tanjung: Manisnya Tradisi yang Mengikat Rindu Perantau di Bulan Ramadhan - NU Online
- Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an - NU Online
- Kultum Ramadhan: Hindari Perbuatan Ini, Supaya Puasa Tidak Batal - NU Online
- Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an - NU Online
Komentar
Posting Komentar