Khutbah Jumat: Mengajak Semua Anggota Tubuh Berpuasa - NU Online

 

Khutbah Jumat: Mengajak Semua Anggota Tubuh Berpuasa

Puasa tidak hanya menahan makan, minum, dan hubungan suami-istri dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Tetapi juga mampu mengajak semua anggota tubuh kita berpuasa dan meninggalkan perbuatan tercela. Mulai dari mata, telinga, lisan, tangan, kaki, perut, hingga hati.  


Jika selama ini kita hanya fokus pada puasa perut dan kemaluan, maka sudah sepantasnya kita mengajak anggota tubuh lainnya turut berpuasa. Terutama anggota tubuh paling penting dalam diri kita yaitu hati. Maka khutbah Jumat kali ini berjudul, “Mengajak Semua Anggota Tubuh Berpuasa.” Untuk mencetak silahkan klik fitur download warna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!   


Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، 


أمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ 


Sidang Jumah yang dirahmati Allah  

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Panutan Alam, yakni Nabi Muhammad SAW. Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada keluarga, para sahabat, dan para tabiin dan tabiatnya, hingga kepada kita semua selaku umatnya.  

 
Tak lupa, melalui mimbar yang mulia ini, khatib berpesan kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita berusaha mempertahankan dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa dalam arti taat terhadap perintah-perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan mewaspadai segala tingkah yang akan mengundang murka-Nya. 


Sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Setelah memenuhi syarat dan rukun puasa, juga menjauhi segala pembatal puasa, sebagaimana yang sudah digariskan oleh ilmu fiqih, maka selanjutnya marilah kita berusaha meningkatkan kualitasnya dengan cara memperkayanya dengan amaliah sunah, melakukan hal-hal yang dapat mencapai kesempurnaannya, dan menjauhi segala hal yang dapat membatalkan pahalanya.    


Dalam kitab Ihya ‘Ulumidin, Terbitan Darul Ma’rifah, Beirut, 2012, Jilid I, hal. 234, Imam Al-Ghazali mengungkapkan, kunci meraih kesempurnaan puasa dan menjauhi pembatal pahala puasa adalah menjaga semua anggota tubuh dari perbuatan dosa, maksiat, dan sia-sia. 


Berbicara anggota tubuh tentu mencakup semua organ yang kita miliki, baik yang zahir maupun yang batin, mulai dari mata, lisan, telinga, hidung, tangan, kaki, hingga hati. 


Penglihatan misalnya. Pada saat berpuasa, mata pun harus diajak berpuasa dari memandang perkara-perkara yang tercela, hina, dari segala yang dapat merusak keadaan hati, juga dari segala hal yang dapat melalaikan dzikir kepada Allah SWT.  


Ingatlah bahwa sejatinya penglihatan adalah salah satu panah Iblis, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.  


اَلنَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ لَعَنَهُ اللهُ فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفاً مِنَ اللهِ أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ


Artinya, “Pandangan itu salah satu panah beracun milik Iblis yang dikutuk oleh Allah. Siapa saja yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan keimanan kepadanya sehingga akan mendapatkan manisnya keimanan dalam hatinya,” (HR. Al-Hakim).
 

Anggota tubuh selanjutnya yang harus diajak berpuasa adalah lisan. Pada saat berpuasa, lisan pun harus mendukung keberadaan puasa kita, bahkan sebaiknya menyempurnakan puasa. Adapun maksud puasa lisan adalah puasa dari ucapan yang sia-sia, perkataan dusta, fitnah, kotor, kasar, termasuk senda gurau yang berlebihan yang dapat menyakitkan dan menimbulkan permusuhan dengan sesama. 


Jika lisan sudah mampu diajak puasa, maka puasa sejalan dengan apa yang disampaikan Baginda Rasul SAW:


الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: ‌فَلَا ‌يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ


Artinya, “Puasa itu ibarat tameng. Maka jika salah seorang saja di antara kalian berpuasa, maka janganlah berbuat keji dan jahil. Dan jika ada orang yang memerangi atau mencelamu, maka sampaikan, ‘Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.’” (HR Abu Dawud)


Sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Anggota tubuh selanjutnya adalah pendengaran. Di bulan Ramadhan ini, pendengaran kita harus diajak berpuasa. Berpuasa dari mendengarkan kata-kata yang keji dan kotor. Walau hanya mendengar, namun ingat bahwa dosanya sama dengan orang yang mengucapkannya. Demikian sebagaimana yang pernah disampaikan Rasulullah SAW.


اَلْمُغْتَابُ وَالْمُسْتَمِعُ شَرِيْكَانِ فِي الْإِثْمِ 


Artinya, “Orang yang mengumpat dan orang mendengarkannya adalah sama-sama dalam dosanya,” (HR. Ath-Thabrani).  


Selanjutnya anggota tubuh yang harus kita jaga adalah tangan dan kaki dari segala perkara yang terlarang. Tak terkecuali perut dari makanan yang syubhat apalagi yang haram pada saat sahur dan berbuka. Sebab, apa artinya berpuasa, jika kita berbuka dengan makanan yang tak halal. 


Dalam berpuasa, jangankan yang tidak halal, yang halal pun dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Sebab, perkara yang berlebihan itu selanjutnya akan mencelakakan. Di sini kita harus ingat bahwa salah satu tujuan puasa adalah mengurangi makanan yang halal dan meninggalkan yang haram. Puasa kita jangan sampai termasuk yang disampaikan Rasulullah SAW. 

 
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
  

Artinya, “Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapat bagian apa-apa dari puasanya selain haus dan lapar,” (HR. An-Nasa’i).

  
Terakhir, anggota tubuh yang wajib kita ajak berpuasa adalah hati. Di hadapan anggota tubuh lainnya, diibaratkan oleh Al-Ghazali adalah raja. Saat berpuasa, hati diajak berpuasa dari memikirkan perkara yang sia-sia, bersifat duniawi,  menjauhkan diri dari Allah. Sebaliknya, saat berpuasa hati harus selalu diajak ingat dan dekat dengan Dzat yang memerintah puasa, yakni Allah SWT.


Usai berbuka, dalam hati pasrahkan puasa kita kepada Allah. Di samping berharap rahmat dan ridha-Nya, hati kita juga harus memiliki rasa takut dan waswas. Takut jika puasa kita ditolak dan jauh dari diridhai-Nya. Dan perasaan ini, sebaiknya tidak hanya dalam ibadah puasa saja, tetapi dalam setiap kita usai menjalankan ibadah.


Menurut ulama hakikat, diterimanya amal itu ditandai oleh sampainya amal kepada yang dituju. Mereka menyadari bahwa tujuan puasa adalah meniru salah satu akhlak Allah dan sifat para malaikat-Na. Tidak makan, tidak minum, dan tidak mengumbar hawa nafsu.


Ketika seorang hamba sudah mampu menahan hawa nafsu dan mengendalikan keinginan syahwatnya, maka martabatnya akan ditinggikan, bahkan lebih tinggi dari derajat para malaikat. Sebaliknya, jika hamba tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, tidak mampu memfungsikan hati, mata, dan pendengarannya, maka bisa saja ia lebih hina dari makhluk tak berakal. Demikian seperti yang diungkap dalam surah Al-A’raf [7]: 179.


Semoga kita diberi kemampuan untuk mempuasakan seluruh anggota tubuh kita, baik anggota zahir maupun yang batin. Mudah-mudahan dengan berpuasa, kita semua berhasil meraih derajat takwa dan sukses meraih ridha Allah SWT.  


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِتِّحَادِ وَالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ 


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz M. Tatam WijayaPenyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin9 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga