5 Sikap Seorang Muslim terhadap Musibah Orang Lain
![](https://storage.nu.or.id/storage/post/4_3/thumb/sedekah-nu-online01_1739262292.webp)
Setiap manusia pasti mengalami berbagai bentuk musibah, baik dalam bentuk kehilangan, sakit, maupun kesulitan lainnya karena hidup di dunia ini tidak lepas dari ujian dan cobaan. Dalam menghadapi hal tersebut, Islam telah mengajarkan bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap, baik ketika dirinya sendiri yang ditimpa musibah maupun terhadap orang lain.
Sebagai agama yang penuh kasih sayang, Islam mengajarkan adab dan etika dalam menyikapi musibah yang menimpa orang lain. Berikut beberapa sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim dalam menyikapi musibah orang lain:
1. Menghibur dan Mengajak Bersabar
Ketika seseorang tertimpa musibah, perasaan sedih dan terpukul pasti menyelimutinya. Oleh karena itu, menghibur, menyampaikan belasungkawa, serta mengajak mereka untuk bersabar adalah bentuk kepedulian yang dianjurkan dalam Islam. Rasulullah saw bersabda:
ما مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّي أخاهُ بِمُصِيْبَتِهِ إِلاَّ كَساهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ حُلَلِ الكَرَامَةِ يَوْمَ القِيامَةِ
Artinya: “Tidaklah seorang mukmin bertakziyah saudaranya yang ditimpa musibah kecuali Allah akan mengenakannya pakaian kemuliaan pada hari Kiamat.” (Ibnu Majah dan al-Baihaqi).
Abdurrauf Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa takziah bermakna mengajak bersabar sangat dianjurkan dan tidak hanya berlaku pada musibah kematian, tetapi juga dalam berbagai bentuk musibah seperti kehilangan harta, kesehatan, maupun keluarga. Ia mengatakan:
أن التعزية سنة مؤكدة وأنها لا تختص بالموت فإنه أطلق المصيبة وهي لا تختص به إلا أن يقال إنها إذا أطلقت إنما تنصرف إليه لكونه أعظم المصائب
Artinya, “Sesungguhnya takziyah sangat dianjurkan dan tidak tertentu pada musibah kematian, tetapi mencakup semua musibah. Hanya saja takziyah secara umum mengarah kepada musibah kematian, karena merupakan musibah paling besar.” (Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadir, [Mesir, Maktabah Tijariyah: 1356], jilid V, halaman 495)
2. Menolong Mereka yang Ditimpa Musibah
Orang yang tertimpa musibah pasti berada dalam kesulitan, baik dalam hal ekonomi, kesehatan, maupun keluarga. Oleh karena itu, memberikan bantuan berupa tenaga, pemikiran, harta, dan lain sebagainya sangatlah penting.
Rasulullah saw mengajarkan umatnya untuk saling tolong menolong kepada orang yang sedang kesusahan. Dalam riwayat Abu Hurairah, beliau bersabda:
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.” (HR. Muslim)
3. Mendoakan Kebaikan
Musibah merupakan ujian dari Allah, baik dalam bentuk kehilangan harta, kesehatan, maupun keluarga. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mendoakan agar mereka segera mendapatkan kemudahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw telah memberikan teladan yang mulia ketika mendoakan keluarganya yang terkena musibah berupa sakit. Dalam Shahih Bukhari diceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّه ﷺ كَانَ يُعَوِّذُ بَعْضَ أَهْلِهِ، يَمْسَحُ بِيَدِهِ اليُمْنَى وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، واشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
Artinya, “Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah, sesungguhnya Nabi ketika menjenguk sebagian keluarganya yang sakit, Nabi mengusapkan tangan kanan dan berdoa: Wahai Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah ia karena engkau adalah zat yang maha memberi kesembuhan. Tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan, kecuali engkau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” (HR. Bukhari)
4. Mendoakan Keselamatan dari Musibah Serupa
Melihat orang lain tertimpa musibah seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk bersyukur atas nikmat yang masih kita miliki. Islam menganjurkan agar seseorang berdoa supaya terhindar dari cobaan yang serupa.
Rasulullah saw menganjurkan membaca doa berikut ketika melihat orang lain terkena musibah:
مَنْ رَأَى مُبْتَلًى، فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ البَلَاءُ
Artinya, “Siapa saja yang melihat orang yang terkena musibah, maka hendaklah berkata segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang diberikan kepadamu dan melebihkan kepadaku dari kebanyakan orang yang ia ciptakan, maka orang tersebut tidak terkena musibah tersebut.” (HR. Tirmidzi)
5. Tidak Bergembira atas Kesusahan Orang Lain
Seorang muslim tidak boleh merasa senang atas musibah yang menimpa orang lain, bahkan jika orang tersebut adalah musuhnya. Rasulullah saw mengingatkan agar tidak berbahagia di atas penderitaan orang lain karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kasih sayang dalam Islam.
Rasulullah saw bersabda:
لا تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لِأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
Artinya, “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan atas musibah yang menimpa saudaramu, karena Allah mungkin akan mengasihinya dan menimpakan ujian kepadamu.” (HR At-Tirmidzi)
Demikian beberapa sikap dan etika terpuji ketika melihat orang lain tertimpa musibah. Semoga kita semua diberikan pertolongan dalam menghadapi segala musibah yang terjadi. Wallahu A’lam
Bushiri, Pengajar di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Madura.
Komentar
Posting Komentar