Teliti dalam berzakat, mengetahui kadar yang diwajibkan dan disalurkan tepat sasaran - Sanadmedia

 

Teliti dalam berzakat, mengetahui kadar yang diwajibkan dan disalurkan tepat sasaran

.

Syaikh Abdul Aziz as-Syahawi, guru besar mazhab Syafi’i di al-Azhar as-Syarif, dalam permulaan kajian Fikih Zakat, menekankan berulang kali bahwa ada dua hal penting yang perlu diketahui sebelum memasuki pembahasan ini.

يجبُ على كل من عنده مالٌ أن يتحقَّق من أمرينِ:

الأول: أنه أخرجَ القدرَ الواجب عليه فعلًا.

والثاني: أن الزكاة التي أخرجها وصلتْ فعلًا لمستحقِّيها.

Wajib bagi setiap orang yang memiliki harta untuk memastikan dua perkara:

Pertama: Dia sungguh-sungguh telah mengeluarkan kadar zakat yang diwajibkan atasnya.

Kedua: Zakat yang ia keluarkan benar-benar tersampaikan kepada mustahiq (penerima nya)".

Pada poin pertama, Syaikh menekankan urgensitas mengetahui ketentuan kadar masing-masing jenis zakat. Sebab syariat telah menetapkan kadar tertentu dalam tiap harta yang diwajibkan zakat di dalamnya. Yang secara umum terbagi menjadi 6: hewan ternak (unta, sapi dan domba/kambing), emas dan perak, barang dagangan, mu'assyarat (tanaman dan buah), rikaz, ma'din.

Mengetahui kadar zakat tak dikhususkan kepada pelajar saja, melainkan wajib bagi tiap muslim yang memiliki harta untuk mengetahui nya. Baik dengan cara belajar maupun bertanya kepada ulama. Tidak ada udzur bagi yang tidak menunaikan dengan hujjah tidak tahu, padahal ulama ada di berbagai tempat.

كلُّ من وجبَ عليه عمَلٌ وجبَ عليه علمُه.

Beliau menyatakan, termasuk harta yang diwajibkan zakat di dalamnya: uang kertas, apabila sudah mencapai nisab. Dengan cara dikonversikan ke nilai emas (nishab emas: 20 dinar: 85 gram emas 24 karat). Adanya zakat atas uang kertas dibangun atas dasar kondisi uang yang telah menempati posisi emas dan perak di masa modern. Beliau berkata:

العُمْلة الوَرَقية حَلَّتْ مَحَلَّ الذهب والفضة.

"Mata uang kertas menempati posisi emas dan perak.”

Nazhim berkata:

الوَرَقُ النقديُّ والعُمْــلَاتُ

نقدٌ، ففيهِ تجبُ الزكَـــاةُ

Dalam poin kedua: beliau menekankan pentingnya kita mawas dalam proses penyaluran zakat.

Sekiranya, memang ingin menyalurkan zakat melalui wakil, maka pastikan wakilnya memang kredibel, bisa dipercaya. Memahami ketentuan hukum fikih zakat dengan baik.

Sebab di masa ini, banyak sekali pemahaman yang keluar dari yang seharusnya dalam memaknai 8 ashnaf penerima zakat.

"Fi Sabilillah" contohnya. Yang dimaksudkan dengan "Fi Sabilillah" adalah orang yang berpartisipasi dalam jihad secara sukarela (bukan "murtaziqah": tentara resmi negara yang mendapat upah). Mereka diberikan bagian dari zakat untuk membantu perbekalan dalam jihad yang dilaksanakan.

الغُزاة (المتطوِّعون) الذين لا سهمَ لهم في ديوان الجند.

Dalam Zubad Ibn Raslan:

وفي سبيـلِ الله: غازٍ ٱحْتَــسَبْ

وابنُ السبيل ذُو افتقارٍ ٱغْتَـرَبْ

Demikian makna "Fi Sabilillah" yang diterangkan oleh para fuqaha dalam mazhab syafi'i. Sehingga pemaknaan: "Fi Sabilillah" sebagai, "segala bentuk kebaikan di jalan Allah", lantas menyalurkan zakat kepada: pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, lembaga sosial, tidaklah tidaklah tepat.

Memahami hal ini sangatlah penting bagi tiap muslim. Sebab zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang 5, pondasi Islam. Zakat juga tak terbatas hanya pada Zakat Fitri di bulan puasa saja, sebagaimana yang dpipahami sebagian orang. Maksud dari kewajiban zakat dalam Hadits Jibril mencakup kedua jenis zakat, yaitu: zakat mal (6 jenis harta yang disebutkan diatas) dan zakat badan (zakat fitri).

Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam Fathul Mubin Syarah Arba'in (hal. 148) kala mensyarah Hadits Jibril berkata:

(وتُؤتيَ الزكاةَ) من الأنواع الواجبةِ فيها إجماعًا، وهي: الأنعامُ، والتمر والعنب، والحُبوبُ المُقتاتةُ اختيارًا، والنقدانِ، وزكاةُ الفطر، أو على خلافٍ؛ كزكاة التجارة وبقية الفواكه ونحوِها. اهـ مختصَرًا.

"(Dan kamu menunaikan zakat) baik zakat yang diwajibkan secara ijmak, yaitu: hewan ternak, kurma dan anggur, biji yang dijadikan sebagai makanan pokok, dua mata uang, zakat fitri. Atau diwajibkan dengan ada khilaf didalamnya, seperti: zakat barang perdagangan, buah-buahan, dan lainya.” Wallahu a'lam

Baca Juga

Komentar

Baca Juga