Bisyr al-Hafi, Sufi yang Bertelanjang Kaki Halaman all - Kompas

 

Bisyr al-Hafi, Sufi yang Bertelanjang Kaki Halaman all - Kompas

KOMPAS.com - Bisyr al-Hafi adalah seorang sufi besar, ahli hadis, dan imam yang hidup pada masa Daulah Abbasiyah.

Sebelum menjadi figur berpengaruh dan ajarannya banyak dikutip oleh ahli tasawuf, Bisyr al-Hafi suka bermaksiat.

Ia kemudian memilih bertobat setelah mengalami momen "pencerahan" secara tidak terduga.

Bisyr al-Hafi memiliki praktik simbolik yang unik, yakni tidak pernah beralas kaki.

Israel Ancam Hamas, IDF Siap Perang Lagi jika Sandera Tak Dibebaskan

Bertelanjang kaki merupakan metode pemusatan pikiran baginya dan berkaitan pula dengan kisah pertobatannya.

Berikut kisah Bisyr al-Hafi.

Baca juga: Biografi Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Legendaris Persia

Pertobatan Bisyr al-Hafi

Bisyr al-Hafi lahir di dekat Kota Merv, Iran, pada tahun 767, dengan nama Bisyr bin Al-Harits.

Bisyr tumbuh di Baghdad sebagai pemuda yang suka berfoya-foya, mabuk-mabukan, dan berbagai perbuatan melawan perintah Allah.

Kisah pertobatan Bisyr diriwayatkan oleh Fariduddin al-Attar dalam buku Tadzkiratul Auliya.

Suatu hari, ketika Bisyr terhuyung-huyung karena mabuk, ia menemukan secarik kertas kotor bertuliskan, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".

Bisyr lalu memercikkan minyak wangi ke kertas tersebut dan menyimpannya.

Baca juga: 6 Ulama Besar Islam yang Tidak Menikah

Malam itu, seorang pria soleh bermimpi diperintah Allah untuk mengatakan kepada Bisyr, "Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti".

Pria tersebut tidak yakin akan mimpinya karena tahu tabiat Bisyr. Ia pun segera bersuci dan salat malam, sebelum kembali tidur.

Akan tetapi, mimpi tersebut datang kembali hingga tiga kali di malam yang sama.

Keesokan harinya, pria itu mencari Bisyr, yang ternyata sedang mendatangi pesta minum anggur.

Pria itu tetap mendatangi Bisyr dan menyampaikan pesan dalam mimpinya.

Mendengar ucapan pria itu, Bisyr mengerti dan berkata pada teman-temannya, "Aku dipanggil, karena itu aku harus meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal! Kalian tidak akan pernah melihat diriku lagi dalam keadaan seperti ini!"

Baca juga: 3 Ulama Indonesia yang Pernah Menjadi Imam Masjidil Haram

Sejak itu, Bisyr benar-benar bertobat dan mempraktikkan zuhud (meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat kemewahan duniawi untuk kembali kepada Allah), bahkan tidak pernah beralas kaki.

Karena itu Bisyr bin Al-Harits lebih sering dipanggil Bisyr al-Hafi, yang artinya Bisyr yang bertelanjang kaki.

Riwayat lain menyebut bahwa kisah pertobatan Bisyr melibatkan Imam Musa (Imam Ketujuh umat Muslim Syiah).

Suatu ketika, Imam Musa melihat rumah Bisyr dan bertanya kepada seorang budak perempuan apakah pemilik rumah yang ditunjuknya orang merdeka atau seorang hamba.

Budak tersebut menjawab bahwa pemiliknya adalah orang yang bebas (merdeka).

Imam Musa setuju, karena apabila pemilik rumah tersebut adalah seorang hamba, maka ia akan takut kepada Tuhannya.

Baca juga: Kyai Mursalin, Ulama dan Legenda Silat dari Pulau Panggang

Setelah Imam Musa pergi, perempuan tersebut membagikan percakapannya kepada Bisyr.

Mendengar cerita itu, Bisyr langsung berlari tanpa alas kaki untuk mengejar Imam Musa.
Ketika bertemu Imam Musa, Bisyr menangis dan segera bertobat.

Sejak saat itu, Bisyr berjalan tanpa alas kaki. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab "Allah membimbingku ketika aku bertelanjang kaki, dan aku akan tetap dalam kondisi ini sampai mati".

Menjadi sufi terkemuka

Setelah bertobat, Bisyr al-Hafi serius mendalami agama Islam hingga menjadi ulama sufi terkemuka.

Ia belajar kepada banyak tokoh Islam terkemuka, dan muridnya pun banyak yang menjadi ulama besar pula.

Baca juga: Biografi Singkat Imam Al-Ghazali, Bapak Tasawuf Modern

Keilmuan, ketakwaan, dan sikap zuhud pada dirinya dikagumi oleh para ulama besar, salah satunya Ahmad bin Hanbal.

Adz-Dzahabi pernah mengatakan bahwa Bisyr al-Hafi adalah cerminan dari puncak keikhlasan.

Sedangkan Ibrahim al-Harbi memuji Bisyr dengan mengatakan bahwa Baghdad tidak pernah melahirkan orang yang lebih cerdas dan lebih terjaga ucapannya daripada Bisyr al-Harits.

Bisyr al-Hafi tidak pernah menikah karena memilih menjalani kehidupan spiritual dan intelektual.

Ia meninggal di Baghdad pada tahun 841 dalam usia 73 tahun.

Referensi:

  • Fateh, Kholil Abu. (2018). Membersihkan Nama Ibnu Arabi: Kajian Komprehensif Tasawuf Rasulullah. Tangerang: Nurul Hikmah Press.
  • Muhammad, Husein. (2020). Para Ulama dan Intelektual yang Memilih Menjomblo. Yogyakarta: IRCiSoD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin9 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga