Sejarah Kongres Muslimat NU dari Masa ke Masa 1946-2025
![](https://storage.nu.or.id/storage/post/4_3/thumb/whatsapp-image-2025-02-12-at-011432_1739342395.webp)
Sejak didirikan pada tanggal 26 Rabiul Akhir 1365 H atau 29 Maret 1946 M di Purwokerto, bersamaan dengan penyelenggaraan Muktamar ke-XVI Nahdlatul Ulama (NU), Muslimat NU menjadi salah satu badan otonom (banom) NU yang mewadahi kaum perempuan, yang memiliki peranan besar bagi bangsa ini.
Dalam perkembangannya, Muslimat NU tercatat telah menyelenggarakan kongres selama 18 (delapan belas) kali. Dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muslimat NU hasil Kongres ke-XVII disebutkan:
1. Kongres adalah Lembaga Permusyawaratan tertinggi di Muslimat NU, 2. Kongres diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali atas undangan dan dipimpin oleh Pimpinan Pusat... dan seterusnya (Lihat BAB X PERMUSYAWARATAN Pasal 49 Kongres)
Bila dibandingkan dengan Peraturan Khususi Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM) yang menjadi Anggaran Dasar Muslimat NU yang pertama (1946), yang disetujui dan ditandatangani oleh KH Hasyim Asy'ari dan KH A Wahab Hasbullah, terdapat sedikit perbedaan mengenai waktu pelaksanaan Kongres.
Pada Peraturan Khususi NUM Pasal 8 ayat 2 disebutkan: Kongres boleh diadakan, apabila dipandang sangat penting. Tanpa ada batasan, setiap berapa tahun sekali. Karenanya, Kongres Muslimat NU di awal berdiri, diselenggarakan bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar NU.
Bahkan hingga Kongres ke-XII (1989), di mana peraturan waktu penyelenggaraan kongres telah mulai ditentukan setiap sekian tahun sekali, Kongres Muslimat NU masih selalu menyertai dengan pelaksanaan Muktamar NU. Baru, di tahun 1995, Kongres ke-XIII dihelat terpisah dari Muktamar NU.
Kongres Muslimat NU yang dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Cabang Istimewa, Peninjau, dan Undangan membahas antara lain: Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat, Keorganisasian, Pengesahan AD/ART, pemilihan ketua umum, dan lain sebagainya.
Dalam artikel ini, terangkum secara urut dan singkat, penyelenggaraan Kongres Muslimat NU dari masa ke masa, sejak tahun 1946, hingga yang terkini dihelat di Kota Surabaya pada tahun 2025 ini. Berikut rangkumannya:
1. Kongres ke-1 Muslimat NU (Purwokerto, 26 - 29 Maret 1946)
Dari buku 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Agama, Negara, dan Bangsa (PP Muslimat NU, 1996), diterangkan Kongres Muslimat NU yang pertama, diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar ke-16 NU.
Forum Muktamar menyetujui, Muslimat menjadi bagian NU, dengan nama Nahdlatul Ulama Muslimat disingkat NUM. Setelah disetujui, dibentuk pula kepengurusan NUM periode awal yang dipimpin oleh Ny Chadidjah Dahlan sebagai Ketua.
Adapun susunan lengkap kepengurusan awal sebagai berikut: Nyai Fatmah (Penasihat), Ny Chadidjah Dahlan (Ketua), Ny Mudrikah (Penulis I), Ny Muhajja (Penulis I), Ny Kasminten (Bendahari), Ny Fatehah, Ny Musyarrafah, dan Ny Alfiyah (Pembantu)
2. Kongres ke-2 Muslimat NU (Madiun, 25 Mei 1947)
Kongres ke-2 diselenggarakan hanya berjarak dua bulan sebelum meletus Agresi Militer Belanda I. Pada momen ini, banyak dilakukan penyempurnaan terkait organisasi. Perkembangan Muslimat NU juga sedikit banyak masih bergantung pada NU. Di mana ada NU, maka akan disusun pula Muslimat-nya. Tidak ada pembahasan pergantian kepengurusan dalam Kongres ke-2 ini.
Kemudian, seiring perkembangan waktu, selain mulai terbentuknya Komisaris Daerah di beberapa daerah, juga kebutuhan organisasi, maka dibentuklah susunan kepengurusan baru, yang sifatnya masih sementara. Terpilih sebagai Ketum PP Muslimat NU yang baru, yakni Nyai Hindun. Namun, kepengurusan ini baru akan disahkan pada kongres berikutnya.
3. Kongres ke-3 Muslimat NU (Jakarta, 31 April - 3 Mei 1950)
Praktis, hampir 3 tahun, Muslimat NU akhirnya bisa kembali menyelenggarakan forum permusyawaratan tertinggi. Faktor keamanan dan perang di masa revolusi, tentu menjadi alasan utama dari penyebab tertundanya Kongres.
Jakarta menjadi tempat penyelenggaraan Kongres ke-3, yang dihelat bersamaan dengan Muktamar ke-18 NU. Jarak waktu yang cukup lama, tiga tahun, dan situasi setelah masa revolusi ikut berpengaruh pada susunan kepengurusan yang sudah dirancang pada kongres sebelumnya. Nyai Mahmudah Mawardi dari Solo, terpilih sebagai Ketum PP Muslimat NU hasil Kongres ke-3.
4. Kongres ke-4 Muslimat NU (Palembang, 28 April - 1 Mei 1952)
Keputusan penting yang disepakati dalam kongres ini, yakni terkait perubahan nama dan status. Nama berubah dari Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM) menjadi Muslimat NU. Kemudian, status organisasi menjadi badan otonom NU, dari sebelumnya yang disebut sebagai: bagian wanita di dalam lingkungan NU. Hal tersebut juga berimplikasi pada pembuatan AD/ART tersendiri.
Yang menarik dalam Kongres ke-4 ini adalah, meski diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar NU, namun Muslimat sudah mulai mengadakan rapat dan resepsi khusus, tidak lagi bersama dengan NU. Kemudian, juga diadakan fansifair dan baby show yang semakin menambah kemeriahan kongres. Ny Mahmudah Mawardi kembali terpilih menjadi Ketum Muslimat NU masa khidmat 1952-1954.
5. Kongres ke-5 Muslimat NU (Surabaya, 9 - 14 September 1954)
Kongres ini menjadi awal perhelatan, setelah NU menjadi partai politik dan keluar dari Partai Masyumi, begitupun Muslimat NU yang menjadi banom NU. Kongres digelar bersamaan dengan Muktamar ke-20 NU.
Ny Mahmudah Mawardi kembali terpilih menjadi Ketum Muslimat NU masa khidmat 1954-1956. Dalam kepengurusan ini, dia dibantu Ny Murtajiah Ahmad dan Ny Aisyah Dahlan (Wakil Ketua), Nona Nihayah Bakri (Penulis I), dan lain sebagainya.
6. Kongres ke-6 Muslimat NU (Medan, Desember 1956)
Kongres Muslimat NU dan Muktamar NU dilaksanakan di tengah situasi ancaman pemberontakan yang terjadi kala itu, yang dikenal dengan nama Dewan Gajah. Karena hal tersebut, kongres dan muktamar tidak dapat berjalan dengan ideal.
Kongres ke-6 ini hanya memutuskan: "Menguatkan dan mengukuhkan keputusan kongres sebelumnya, yaitu Kongres ke-5 di Surabaya, termasuk susunan pengurus PP Muslimat NU."
7. Kongres ke-7 Muslimat NU (Jakarta, 13-18 Desember 1959)
Kongres diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar ke-22 NU. Ny Hj Mahmudah Mawardi kembali terpilih menjadi Ketum Muslimat NU masa khidmat 1959-1962. Dalam kepengurusan ini, ia dibantu Ny Hj Solichah A Wahid Hasyim dan Ny Hadiniyah Hadi (Wakil Ketua), Ny Chasanah Mansur (Penulis I), dan lain sebagainya.
8. Kongres ke-8 Muslimat NU (Solo, 25-29 Desember 1962)
Kota Solo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Muktamar NU dan Kongres Muslimat NU, pada tahun 1962. Di masa tersebut, tepatnya pada momen Pemilu 1955, isu soal gender mulai diangkat. Banyak dari pengurus Muslimat NU yang berkiprah di berbagai bidang, termasuk sebagai pejabat tinggi negara (anggota Konstituante, DPR/MPR maupun di bidang lainnya).
Gerakan Muslimat NU pun lebih massif, dengan mendirikan Rumah Bersalin dan Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM).
9. Kongres ke-9 Muslimat NU (Surabaya, 20-24 Oktober 1967)
September 1965, bangsa Indonesia mengalami prahara peristiwa G30S. Pada momen itu pula, Muslimat NU tampil dengan memelopori lahirnya pernyataan politik tentang pembubaran PKI.
Setelah itu, situasi ekonomi, sosial, dan politik bangsa ini mengalami banyak ujian. Hal ini pula, yang kemudian ikut berpengaruh pada perkembangan sejumlah organisasi, termasuk Muslimat NU. Setelah lima tahun berselang, Kongres ke-9 baru dapat terselenggara. Nyai Hj Mahmudah Mawardi, untuk kesekian kalinya, terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU.
10. Kongres ke-10 Muslimat NU (Semarang, 5-11 Juni 1979)
Setelah Pemilu 1971, di masa Pemerintah Orde Baru, orang seakan takut mengaku sebagai NU, pun demikian pada banomnya. Alhasil, Muslimat NU di masa ini mengalami banyak kemunduran, baik sebagai organisasi maupun gerakan. Banyak Cabang yang vakum atau bahkan mati tidak ada lagi aktivitas.
Idealnya, kongres diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Namun, karena kondisi yang disebutkan di atas, Muktamar NU dan Kongres Muslimat NU baru terselenggara kembali pada tahun 1979. Nyai Hj Mahmudah Mawardi, terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU, yang ternyata menjadi yang terakhir setelah hampir 29 tahun ia memimpin.
11. Kongres ke-11 Muslimat NU (Situbondo, 8-12 Desember 1984)
Kongres diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar ke-27 NU, yang kemudian dikenang sebagai momen penegasan kembalinya NU ke khittah 1926, yang berarti NU tak lagi menjadi partai politik. Setelah ini, NU dan banomnya, kembali bangkit untuk bergerak. Kini tak ada lagi alasan, untuk takut mengaku sebagai pengurus dan anggota NU.
Muslimat NU membentuk Yayasan Pendidikan Bina Bakti Wanita yang menangani kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi kaum wanita, serta Himpunan Daiyat Muslimat dan Fatayat NU (Hidmat).
Pada Kongres ke-11 ini, Nyai Hj Asmah Sjachruni dari Kalimantan Selatan, terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 1984-1989.
12. Kongres ke-12 Muslimat NU (Kaliurang, 25-28 Desember 1989)
Meski sama-sama diselenggarakan di Yogyakarta, namun Kongres Muslimat NU dilaksanakan terpisah lokasi dengan Muktamar NU. Kongres Muslimat di Kaliurang, sedangkan NU di Pesantren Krapyak. Nyai Hj Asmah Sjachruni kembali terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 1989-1994.
13. Kongres ke-13 Muslimat NU (Jakarta, 31 Juli - 4 Agustus 1995)
Untuk pertama kalinya, Kongres Muslimat NU dilaksanakan terpisah waktunya dengan Muktamar NU. Saat itu, Muslimat NU telah berkembang semakin pesat. Dilaporkan secara struktur telah memiliki Pimpinan Wilayah di 26 provinsi, 326 Pimpinan Cabang di berbagai kabupaten/kota, dan 26.000 Pimpinan Ranting di berbagai desa/kelurahan.
Selain itu juga telah membina 4.500 TK, 1525 TPQ, 49 pelayanan kesehatan, dan 26.000 majelis ta'lim. Pada momen Kongres ke-13 ini, Ny Hj Aisyah Hamid Baidlowi terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 1995-2000.
14. Kongres ke-14 Muslimat NU (Jakarta, Maret 2000)
Setelah bangsa Indonesia memasuki masa reformasi pada tahun 1998, NU dan banomnya bersiap memasuki era baru yang penuh tantangan. Pada tanggal 20 Oktober 1999, tokoh NU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Presiden ke-4 RI. Hampir setengah tahun berselang setelah Gus Dur menjadi presiden, Muslimat NU menyelenggarakan Kongres ke-14.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada masa itu, Hj Khofifah Indar Parawansa, di usianya yang baru akan memasuki 35 tahun (lahir 19 Mei 1965), untuk pertama kalinya terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 2000-2005.
15. Kongres ke-15 Muslimat NU (Batam, 29 Maret -1 April 2006)
Liberalisme NU dan banomnya, menjadi isu menarik yang mewarnai pada perhelatan Kongres Ke-15 Muslimat NU. Bahkan, setelah terpilih kembali menjadi ketua, Khofifah menegaskan hal tersebut kepada awak media:
"Kongres ini bagaimana mempertahankan NU dan menyelamatkan organisasi dari pengaruh liberalisme," (Detiknews, 1 April 2006)
Kongres di era Ketum PBNU KH A Hasyim Muzadi tersebut, diperkirakan dihadiri 2000 peserta yang merupakan utusan dari seluruh 413 cabang dan 33 wilayah.
16. Kongres ke-16 Muslimat NU (Bandar Lampung, 13-18 Juli 2011)
Kongres yang dihelat di Asrama Haji, Bandar Lampung tersebut mengambil tema 'Revitalisasi Institusi Layanan Muslimat NU, Hidmah untuk Perempuan Indonesia', dan diikuti sekitar 2629 orang peserta dari unsur pimpinan pusat, 33 wilayah dan 526 cabang. (Warta NU Online, 8 Juli 2011).
Pada kongres tersebut, Hj Khofifah Indar Parawansa, terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 2011-2016.
17. Kongres ke-17 Muslimat NU (Jakarta, 23-27 November 2016)
Acara Muslimat NU Expo menambah kemeriahan penyelenggaraan Kongres Ke-17 Muslimat NU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, 23-27 November 2016. Aspek kemandirian ekonomi menjadi salah satu fokus utama dalam perhelatan kongres tersebut.
Selain itu, kongres yang dihadiri oleh 34 Pengurus Wilayah, 525 Pimpinan Cabang, dan 4 Pengurus Cabang Istimewa ini mengambik tajuk 'Semangat Islam Nusantara, Kita Wujudkan Indonesia Damai Sejahtera'.
Khofifah Indar Parawansa kembali terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU periode 2016-2021. Ia memimpin salah satu badan otonom NU tersebut untuk keempat kalinya dengan cara aklamasi.
18. Kongres ke-18 Muslimat NU (Surabaya, 11-16 Februari 2025)
Setelah tertunda beberapa tahun, Muslimat NU kembali menggelar kongres. Kongres Ke-18 Muslimat NU dihelat di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Pada acara pembukaan yang dihadiri Presiden Prabowo, Ketum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, ada tiga program yang diluncurkan dalam Kongres kali ini.
Ketiga program itu adalah Mustika Darling (Muslimat Cantik Sadar Lingkungan), Mustika Mesem (Muslimat Cantik Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem), dan Mustika Segar (Muslimat Cantik Sehat dan Bugar). (Warta NU Online, 10/2/2025).
Ketiga program tersebut, tentu diharapkan akan menjadi semacam perhiasan sekaligus senjata ampuh, bagi kaum perempuan NU, dalam menghadapi tantangan di era kiwari. Selamat berkongres, ibu!
Ajie Najmuddin, peneliti sejarah NU
Komentar
Posting Komentar