Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
Ikhlas merupakan fondasi utama dalam kehidupan setiap orang. Hati yang ikhlas mampu menjadikan seseorang lebih tenang dan tulus dalam menjalani setiap peran yang diembannya. Kehidupan yang dilandasi dengan Ikhlas akan menjadi dasar penting untuk mencapai kebahagiaan, ketulusan dan tidak pamrih dalam memberi. Dengan ikhlas, seseorang mampu menghadapi segala pujian tanpa terbuai, fokus pada tujuan, serta tetap rendah hati dalam beramal dan beribadah.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِاتِّبَاعِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَأَيَّدَنَا بِالْهِدَايَةِ إِلَى دَعَائِمِ الدِّيْنِ، وَيَسَّرَ لَنَا اقْتِفَاءَ آثَارِ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ، حَتَّى امْتَلَأَتْ قُلُوْبُنَا بِأَنْوَارِ عِلْمِ الشَّرْعِ وَقَوَاطِعِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، صَلاَةً دَائِمَةً إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الرَّحْمٰـنِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua. Dialah yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, dan kesempatan, sehingga kita bisa istiqamah menunaikan ibadah shalat Jumat ini dengan hati yang ikhlas, jiwa yang tenang, dan perasaan yang lapang. Semoga ibadah yang kita lakukan ini menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya dan menjadi bekal kita menuju akhirat nanti.
Shalawat dan salam tak henti-hentinya kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allâhumma shalli wa sallim wa bârik ‘alaih, manusia sempurna yang telah menjadi teladan sepanjang masa bagi kita semua, teladan penuh ikhlas dalam beramal, berdakwah, memberi, dan menolong. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat. Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban bagi kami selaku khatib dalam pelaksanaan khutbah Jumat ini, untuk terus mengingatkan dan mengajak seluruh jamaah agar senantiasa memperkokoh iman dan takwa kepada Allah swt. Sebab, hanya dengan keduanya, kita bisa menjalin hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia, dan dengan lingkungan yang ada di sekitar kita. Keduanya pula, yang akan menjadi bekal untuk kita bawa menuju akhirat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Saat ini kita semua berada di zaman yang semakin hari kecanggihan teknologi semakin bertambah, tentu ini adalah nikmat besar yang harus kita syukuri bersama, namun terkadang kita semua terlena oleh kecanggihan teknologi, yang dapat mempengaruhi keikhlasan kita dalam beramal dan beribadah serta menjalani aktivitas sehari-hari.
Salah satu bentuk nyata dampak teknologi terhadap keikhlasan adalah meningkatnya dorongan untuk pamer atau riya di media sosial. Meski tentu tidak semua orang memiliki tujuan seperti itu, namun tidak sedikit dari mereka yang membagikan aktivitasnya di platform digital, seperti membantu sesama atau menyumbang kepada yang membutuhkan hanya untuk mendapatkan pujian orang lain. Kendati niat awalnya baik, tetapi sering kali tanpa disadari ada dorongan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain.
Niat memiliki posisi yang sangat penting dalam setiap amal ibadah. Jika niatnya baik dan hanya karena Allah semata, maka Allah akan menerima amal ibadah tersebut. Namun sebaliknya, jika niatnya untuk pamer, ingin mendapatkan pujian, ingin mendapatkan jabatan, harta dan lainnya, maka ini akan menjadi ibadah yang sia-sia dan tidak memiliki nilai apapun di sisi-Nya.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّها الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بالمَنِّ وَالأذَى كالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بالله وَاليَوْمِ الآخِر فَمَثَلُهُ كَمثلِ صَفْوَانَ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَترَكَهُ صَلِداً لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبوا
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir.” (QS Al-Baqarah, [1]: 264).
Riya yang dimaksud dalam ayat ini adalah semua amal ibadah dan kebaikan yang dilakukan dengan tujuan tidak karena Allah semata, namun karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain, ingin mendapatkan harta, jabatan, dan yang lainnya. Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad ila Sabilir Rasyad, halaman 206, mengatakan:
اَلرِّيَاءُ الْمَذْمُوْمُ إِرَادَةُ الْعَامِلِ بِعِبَادَتِهِ غَيْرَ وَجْهِ اللهِ تَعَالىَ كَأَنْ يَقْصِدُ إِطْلاَعَ النَّاسِ عَلىَ عِبَادَتِهِ حَتَّى يَحْصُلَ لَهُ نَحْوُ مَالٍ أَوْ ثَنَاءٍ
Artinya, “Riya yang tercela adalah keinginan seorang pelaku ibadah dengan ibadahnya untuk tujuan selain Allah ta’ala semata, seperti berniat agar orang-orang melihat ibadahnya, sehingga ia mendapatkan sesuatu seperti harta atau pujian.”
Semua amal ibadah atau perbuatan baik yang kita lakukan, jika tujuannya tidak karena Allah, maka amal itu tidaklah memiliki nilai di sisi-Nya. Kita mungkin bersusah payah, mengerahkan tenaga dan waktu, bahkan merasakan lelah dalam melakukannya. Namun, semua itu hanya akan menjadi kelelahan yang sia-sia. Tak ada pahala yang menanti, dan tidak ada pula keberkahan yang mengiringi, karena semua itu sudah dirusak oleh tujuan-tujuan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Amal yang seharusnya menjadi jalan mendekat kepada Allah justru menjadi kosong dan tidak memiliki makna apa-apa, sebab hati kita lebih menginginkan pengakuan dan sanjungan manusia daripada ridha-Nya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Oleh sebab itu, mari kita perbaiki niat kita dalam beramal, tumbuhkan keikhlasan dalam beribadah, karena ikhlas adalah ruh dari setiap amal yang kita perbuat, dan dapat menjadi bernilai di sisi Allah. Hilangkan segala keinginan-keinginan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Sebab, itu hanya akan menjadikan amal yang tidak memiliki nilai di sisi-Nya.
Karena itu, Allah memerintahkan kita semua untuk beribadah kepada-Nya dengan jiwa yang ikhlas, tanpa pamrih, dan tidak mengharapkan pujian dari manusia. Dalam Al-Qur’an ditegaskan:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya, “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).” (QS Al-Bayyinah, [98]: 5).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ikhlas tidak hanya tentang sikap batin, namun fondasi utama yang menjadi penentu diterimanya amal ibadah di sisi Allah. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan alumnus Program Kepenulisan Turots Ilmiah Maroko.
Komentar
Posting Komentar