Khutbah Jumat: Mari Mendidik Anak dengan Tidak Memanjakannya
Baru-baru ini, terjadi beberapa fenomena negatif yang berasal dari pola pendidikan orang tua dengan memanjakan anak. Contohnya adalah pembelaan orang tua salah satu mahasiswa koas kedokteran secara berlebihan dengan tindakan kekerasan terhadap ketua koas karena tidak terima dengan penjadwalan. Selain itu, banyak orang tua yang memberikan sepeda motor kepada anak di bawah umur yang berujung pada kecelakaan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Naskah Khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Mari Mendidik Anak dengan Tidak Memanjakannya". Untuk mencetak naskah Khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. اَلْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللّٰهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (التحريم: ٦). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Beberapa orang tua saat ini memberikan perhatian kepada anak secara berlebihan seperti memberikan semua keinginan anak, memberikan fasilitas yang belum patut diberikan, memuji secara berlebihan, membiarkan anak melakukan sesuatu yang tidak baik, membela anak yang melakukan kesalahan, membela anak untuk lari dari tanggung jawab, dan lain sebagainya.
Membela anak untuk lari dari tanggung jawab adalah salah satu perilaku memanjakan anak yang dapat membentuk karakternya menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dan melakukan segala sesuatu sesuai kemauannya sendiri, meskipun hal itu adalah sebuah kesalahan. Islam memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk memberi pendidikan terbaik kepada anak, termasuk mengajarkan anak untuk menghindari perkara negatif yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam neraka, termasuk lari dari tanggung jawab dan melakukan pekerjaan semaunya sendiri.
Hal ini tercermin dalam Surat al-Tahrim, ayat 6 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Imam Fakhruddin al-Razi dalam kitab Mafatihul-Ghaib atau al-Tafsir al-Kabir, juz 30, halaman 572 mengutip pendapat Imam Muqatil bahwa orang tua harus mengajarkan anak berbuat baik dan melarang anak berbuat buruk. Ia mengungkapkan:
أَنْ يُؤَدِّبَ الْمُسْلِمُ نَفْسَهُ وَأَهْلَهُ، فَيَأْمُرَهُمْ بِالْخَيْرِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الشَّرِّ
Artinya: “Seorang Muslim hendaknya mendidik diri dan keluarga dengan memerintahkan mereka untuk berbuat baik dan melarang mereka untuk berbuat buruk.”
Syeikh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir, juz 28, halaman 317 mengutip ucapan imam Qatadah, jika orang tua melihat anaknya melakukan maksiat atau kesalahan, maka harus memberikan teguran dan mencegah mereka untuk melakukannya lagi.
فَإِذَا رَأَيْتَ مَعْصِيَّةً، قَذَعْتَهُمْ عَنْهَا، وَزَجَرْتَهُمْ عَنْهَا
Artinya: “Jika kamu melihat mereka melakukan maksiat, maka kamu harus menegur mereka dan mencegah mereka melakukannya lagi.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Salah satu kebaikan yang harus ditanamkan orang tua kepada anak adalah bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang dibebankan, baik yang bersifat ibadah kepada Allah seperti shalat, atau yang bersifat interaksi sosial kepada sesama manusia seperti mengerjakan pekerjaan sesuai rencana. Hal ini harus ditanamkan sejak kecil, sebagaimana perintah Nabi yang dikutip imam Abu Daud dalam kitab Sunan Abi Daud, juz 1, halaman 133:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
Artinya: “Perintahkanlah anak kalian untuk melaksanakan salat ketika berusia tujuh tahun dan berilah peringatan (dengan cara memukul atau lainnya) jika mereka tidak mau salat di usia sepuluh tahun.”
Rasulullah menanamkan jiwa tanggung jawab kepada para sahabat sejak usia kecil (bagi sahabat kecil). Salah satu contoh yang dilakukan adalah ketika Rasulullah meminta sahabat Anas bin Malik untuk melakukan sesuatu. Ketika sahabat Anas lupa melakukannya karena keenakan bermain bersama teman seumurannya di pasar, maka Rasulullah mengingatkan sahabat Anas untuk melakukan perintahnya. Hal ini direkam oleh imam Abu Daud dalam kitab Sunan Abi Daud, juz I, halaman 133:
قَالَ أَنَسٌ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا، فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَا أَذْهَبُ وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَخَرَجْتُ، حَتَّى أَمُرَّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي السُّوقِ، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَابِضٌ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ: «يَا أُنَيْسُ اذْهَبْ حَيْثُ أَمَرْتُكَ» قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا أَذْهَبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Artinya: “Sahabat Anas bercerita, Nabi adalah sosok yang terbaik akhlaknya. Suatu hari, Nabi memerintahkanku pergi untuk satu keperluan, aku berkata “Demi Allah aku tidak mau pergi”, padahal aku bersedia untuk pergi untuk menuruti perintah Nabi. Ketika aku keluar rumah, aku berhenti saat melewati sekelompok anak-anak yang sedang bermain di pasar, Nabi tiba-tiba memegang tengkukku dari belakang, kemudian aku melihatnya sedang tertawa dan berkata “Wahai Anas kecil, pergilah sesuai perintahku!” aku menjawab “Baik, aku akan pergi sekarang wahai Rasulullah”.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Pola pendidikan seperti ini yang perlu dipraktikkan pada zaman sekarang, khususnya bagi mereka yang memiliki segala fasilitas dunia untuk memanjakan anak. Memberi kasih sayang kepada anak memang sebuah kebaikan, tetapi jangan sampai memanjakan anak dengan memberikan segalanya dan semua yang diinginkan anak. Hal yang paling penting untuk diberikan adalah pendidikan terbaik. Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan imam al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, juz 4, halaman 292:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
Artinya: “Tiada ada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Semoga kita bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita dengan tidak memanjakan mereka. Dengan itu, semoga anak-anak kita akan tumbuh kembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memahami segala sesuatu yang baik untuk dilakukan serta yang buruk untuk ditinggalkan. Amin ya rabbal alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِنِ بْنِ عَبْدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُمْ مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَسَائِرَ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Fatihunnada, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komentar
Posting Komentar