Khutbah Jumat: Memaknai kata ‘Santri’ dalam Setiap Hurufnya - NU Online

 

Khutbah Jumat: Memaknai kata ‘Santri’ dalam Setiap Hurufnya

Bulan Oktober merupakan bulan yang istimewa bagi para santri di Indonesia. Pasalnya pada bulan ini, eksistensi dan sumbangsih santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia diakui melalui penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Dalam memperingatinya, berbagai kegiatan digelar untuk memeriahkannya. Selain memperingati dengan berbagai kegiatan, penting untuk memaknai sosok santri yang terkandung dalam kata ‘Santri’ itu sendiri.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul: “Khutbah Jumat: Memaknai kata ‘Santri’ dalam Setiap Hurufnya ” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَࣖ

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Mengawali khutbah Jumat ini, tiada lain dan tiada bukan, khatib berwasiat pada diri khatib pribadi dan juga jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Barometer ketakwaan yang bisa kita lihat dan rasakan adalah meningkatnya kemampuan untuk menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mari kita tanyakan kepada hati dan sanubari kita, sudahkah kita menjalankan perintah-perintah Allah? Sudahkan kita meninggalkan semua larangan-Nya? Semakin kuat dalam ketakwaan, kita akan menjadi pribadi yang taat dan senantiasa berada bersama orang-orang yang benar. Allah swt berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!” (QS At-Taubah: 199).

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Pada kesempatan kali ini, khatib mengajak kepada kita semua untuk meningkatkan rasa syukur atas anugerah kedamaian yang bisa kita rasakan di bumi Indonesia. Syukur ini bisa kita lakukan dengan berterimakasih kepada para pendahulu kita yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Di antara elemen bangsa yang ikut menjadi bagian penting terwujudnya kemerdekaan adalah para santri. Mereka memiliki peran penting dalam perkembangan Islam dan kebangsaan di Indonesia sehingga pemerintah menetapkan bulan ini sebagai Hari Santri tepatnya pada tanggal 22 Oktober.

 

Hari Santri di Indonesia ditetapkan sebagai bukti dan penghargaan pada kontribusi besar para santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ini bermula, pada tanggal 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan Resolusi Jihad yang menyerukan kepada santri dan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan Belanda yang ingin kembali berkuasa setelah kekalahan Jepang.

 

Resolusi Jihad ini memicu perjuangan berupa pertempuran besar di Surabaya, yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945, dan kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran tersebut dipimpin oleh para ulama dan santri yang bergerak bersama masyarakat untuk melawan pasukan kolonial. Peran santri dan ulama dalam perjuangan ini begitu besar sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kemerdekaan Indonesia.

 

Mengaca pada sejarah tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2015, pemerintah secara resmi menetapkan Hari Santri melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Hari Santri diharapkan menjadi momen untuk mengingat kembali pentingnya peran santri dalam pembangunan bangsa, baik di masa lalu, sekarang, maupun di masa yang akan datang.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Jika para santri dulu berjuang mengangkat senjata, lalu bagaimana dengan perjuangan santri di era saat ini? Kemudian, siapakah yang disebut dengan santri itu sendiri?. Mengutip penjelasan dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus), santri memiliki definisi yang luas. Menurutnya, santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat.

 

Santri juga adalah orang-orang yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada. Santri adalah mereka yang dan menghargai tradisi-budayanya. Santri adalah mereka yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur, mencintai ilmu dan tidak pernah berhenti belajar. Santri adalah mereka yang berprinsip bahwa agama adalah anugerah dan wasilah mendapat ridha Allah swt.

 

Dari penjelasan ini, mudah-mudahan kita termasuk sebagai santri yang memiliki perjuangan luas agar bisa menjadi orang yang memberi manfaat kepada orang lain. Hal ini selaras dengan hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dari Jabir berikut:

 

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

 

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”

 

Untuk mewujudkan hal ini, para santri harus memaknai eksistensinya dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Setidaknya, huruf-huruf yang ada dalam kata Santri itu sendiri bisa menjadi inspirasi. Huruf S,A,N,T,R, dan I bisa kita maknai dan menjadi motivasi bagi santri.

 

Huruf pertama adalah S yang bisa kita maknai sebagai Sukses. Santri harus menjadi sosok yang sukses dalam berbagai aspek kehidupan. Sukses di sini tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari kemampuan santri dalam berkontribusi positif di masyarakat. Pesantren telah melatih santri untuk menjadi pribadi ulet, tangguh, serta memiliki kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual. Dengan kecerdasan yang utuh ini, santri mampu membangun lingkungan sosial yang baik dan memberikan manfaat di berbagai sektor kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, agama, dan kemasyarakatan serta sektor-sektor lainnya.

 

Selanjutnya huruf kedua adalah A yang bisa dimaknai Aktif. Santri harus aktif memberi manfaat di berbagai sektor kehidupan. Santri berperan sebagai agen perubahan, baik dalam pendidikan, sosial, ekonomi, hingga politik. Santri diharapkan tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan kemaslahatan di masyarakat. Santri harus aktif dengan menjadi bagian penting dalam berbagai bidang kehidupan dan mampu mewarnainya dengan menjadi penentu kebijakan.

 

Huruf ketiga adalah N yang bisa kita maknai sebagai Nasionalis. Santri harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Santri mencintai dan membela tanah air dengan segenap jiwa raga. Santri adalah penjaga PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Santri harus terus mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan kerukunan dalam keberagaman.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Selanjutnya adalah huruf T yang bisa dimaknai sebagai Toleran. Santri selalu mengedepankan sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi adalah menghargai perbedaan, baik perbedaan agama, keyakinan, budaya, maupun pendapat. Santri menghormati kebebasan beragama dan memberikan ruang bagi semua orang untuk menjalankan keyakinannya dengan damai. Dengan sikap ini, santri mampu menciptakan lingkungan yang harmonis di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.

 

Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

 

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

 

Selanjutnya huruf yang kelima adalah R yang bermakna Religius. Santri adalah sosok yang religius dan melandaskan setiap tindakan pada ajaran agama Islam. Santri menjadikan agama sebagai pedoman hidup, dengan ibadah sebagai prioritas utama. Nilai-nilai yang dipelajari di pesantren, seperti kesederhanaan, kejujuran, dan keteguhan dalam beribadah, dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Santri juga memegang prinsip moderasi, tidak ekstrem dalam beragama, dan menghindari tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

 

Dan yang terakhir adalah huruf I yang bermakna Inspiratif. Santri harus menjadi sosok inspiratif bagi masyarakat sekitarnya yang mampu menebarkan kebaikan, memberi teladan, dan menjadi contoh yang baik dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan akhlak dan ilmu yang dimiliki, santri bisa menginspirasi orang lain untuk turut serta dalam melakukan kebaikan. Santri yang inspiratif juga mampu menebarkan aura positif yang mendukung terselenggaranya kebaikan.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Dengan memaknai setiap huruf dalam kata Santri dan mengingat kembali sejarah penetapan Hari Santri ini, maka mari kita semua berupaya untuk menjadi pribadi suksesaktifnasionalistoleranreligius, dan inspiratif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Semoga kita bisa mewujudkannya. Selamat Hari Santri.

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ... اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ. إِنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيمًا: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِينَ، وَأَهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِينَ. اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوفَ الْمُسْلِمِينَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ

 

‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

 

‎اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

Baca Juga

Komentar

Baca Juga