Khutbah Jumat: Anjuran Mengendalikan Rasa Marah - NU Online

 

Khutbah Jumat: Anjuran Mengendalikan Rasa Marah

Sudah menjadi tabiat manusia memiliki sifat marah, untuk itu Islam memerintahkan umatnya agar dapat mengendalikan diri dan menahan rasa marah. Al-Quran selalu menganjurkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf dan melupakan kesalahan. Selanjutnya keluarga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat mesti memiliki modal akhlak sebagai pemaaf. Hal ini membawa pengaruh kepada terwujudnya hubungan lintas masyarakat yang baik.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul: “Khutbah Jumat: Anjuran Mengendalikan Rasa Marah” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

 

Kaum muslimin rahimakumullah,

Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah Swt atas segala karunia dan rahmatnya yang senantiasa diberikan kepada hamba-hambanya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda Rasulullah Saw, sumber keteladanan dan manusia yang paling mulia di muka bumi ini.

 

Menahan marah adalah ibadah mulia yang dianjurkan. Dengan menahan rasa marah maka suasana bermuamalah di tengah  keluarga dan masyarakat akan menjadi terkendali dan mendapatkan kenyamanan. Habib Umar bin Hafidz dalam kitab Qabsun Nurul Mubin min Ihya Ulumuddin,  halaman 114 menyebutkan cara mengobati rasa marah, di antaranya:

 

أَنْ يُخَوِّفَ نَفْسَهُ بِعِقَابِ اللَّهِ، وَيَقُولُ قُدْرَةُ اللَّهِ عَلَى أَعْظَمَ مِنْ قُدْرَتِي عَلَى هَذَا الْإِنْسَانِ

 

Artinya: “Hendaknya seseorang takut pada siksa Allah dan mengatakan bahwa kekuasaan Allah lebih besar dari kekuasaanku terhadap orang ini.

 

Selanjutnya memadamkan kemarahan dapat dilakukan dengan bewudhu, cara ini dinilai sangat ampuh  untuk menurunkan tensi tinggi yang disebabkan oleh amarah. Rasulullah Saw bersabda sebagaimana  diriwayatkan oleh  Abu Dawud:

 

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

 

Artinya: “Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, sementara api bisa dipadamkan oleh air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah dia berwudhu.”

 

Jika sudah demikian maka kaum muslimin mampu menebarkan kesejukan di tengah masyarakat. Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa kualitas mukmin di tentukan sejauh mana ia dapat menahan diri dari mencela dan berkata keji. Beliau bersabda:

 

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ، وَلَا الفَاحِشَ، وَلَا البَذِيْءَ

 

Artinya: “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji, dan bukan orang yang jorok perkataannya.” (HR Tirmidzi)

 

Begitu halnya Rasulullah saw dalam menyelesaikan perkara dengan suku Quraisy, beliau mengedepankan pemaafan dan kasih sayang. Hal ini terjadi ketika peristiwa Fathu Makkah, saat itu kaum Quraisy berada dalam posisi terdesak. Disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Yusuf dalam kitabnya Subulul Huda war Rasyad fi Sirah Khairil ‘Ibad, halaman 220:

 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبَ سَعْدٌ يَا أَبَا سُفْيَان، الْيَوْمُ يَوْمُ الْمَرْحَمَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ يُعَظِّمُ اللَّهُ فِيهِ الْكَعْبَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ تُكْسَى فِيهِ الْكَعْبَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ أَعَزَّ اللَّهُ فِيهِ قُرَيْشًا

 

Artinya: “Rasulullah Saw bersabda, “Saad telah berbohong wahai Abu Sufyan, hari ini adalah hari kasih sayang, hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah memakmurkan Baitullah, hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah menghias Baitullah, dan hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah memuliakan Quraisy.”

 

Kaum muslimin rahimakumullah,

Mari mengingat kembali kisah Nabi Yusuf memaafkan saudaranya dengan berkata, “Kalian tidak akan dihukum dan dipersalahkan. Aku mohon kepada Allah Swt berupa ampunan dan rahmat bagi kalian dan Allah sungguh Maha Penyayang." Mengenai hal ini  Allah Swt berfirman dalam Al-Quran, Surat Yusuf ayat 92:

  قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

 

Artinya: “Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”

 

Kaum muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya kita juga diperintahkan tidak hanya memafkan tapi bersabar dan melupakan kesalahan yang telah diperbuat. Sebaliknya, tidak bisa menahan amarah menjadi sebab utama banyaknya penyesalan. Seorang suami menyesal menceraikan istrinya, seorang ibu menyesal telah memukul anaknya, seorang teman menyesal telah melakukan kejahatan, dan sejenisnya, semua itu tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena tidak mampu mengendalikan amarah.

 

Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengutamakan pemberian maaf dan berlapang dada, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Araf ayat 199:

  خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ

 

Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

 

Imam Ibn Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir halaman 531 menjelaskan bahwa Allah SWT menyuruh Rasul-Nya agar beliau memaafkan dan berlapang terhadap perbuatan, tingkah laku dan akhlak manusia. Beliau juga diperintahkan untuk tidak meminta dari manusia melakukan sesuatu yang sangat sukar yang membuat mereka lari dari agama.

 

Kita harus berusaha untuk memudahkan, menjauhkan kesukaran dan segala hal yang menyusahkan manusia, semua itu merupakan bagian dari prinsip beragama. Demikian pula halnya dalam akhlak, manusia banyak dipengaruhi lingkungannya. Bahkan banyak riwayat menyatakan bahwa yang dikehendaki pemaafan dalam ayat tersebut ialah pemaafan dalam masalah akhlak.

 

Kaum muslimin rahimakumullah,

Mari meredam dan menahan amarah pada setiap persoalan di tengah masyarakat. Selanjutnya, mari kita pertebal ketakwaan kita dengan mengedepankan pemberian maaf, saling menyayangi dan menyelesaikan masalah dengan dengan bijak dan penuh nilai kebaikan. Semoga Allah memudahkan urusan kita dan umat Islam pada umumnya. Amin ya rabbal ‘alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن

 

Ustadz Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam Asal Aceh

Baca Juga

Komentar

Baca Juga