8 Poin Penting Pidato Grand Syekh Al-Azhar dalam Konferensi Dialog Intra-Islam Bahrain

Grand Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad At-Tayeb mengingatkan bahwa umat Islam tidak pernah mendapatkan manfaat dari perpecahan. Beliau menekankan bahwa perpecahan umat Islam membuat pihak lain berambisi mengusir sebuah bangsa (Palestina) dari tanah airnya sendiri.
Hal itu disampaikan oleh Syekh Ahmad At-Tayeb dalam pembukaan pembukaan Konferensi Dialog Intra-Islam yang digelar di Manama, ibukota Bahrain pada Rabu kemarin (19/2). Konferensi yang dihadiri lebih dari 400 ulama, pemimpin dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia ini mengangkat tema “Satu Umat, Satu Masa Depan”.
Perhelatan Konferensi Dialog Intra-Islam ini berangkat dari seruan Grand Syekh Al-Azhar sejak dua tahun lalu. Dalam Forum Dialog Bahrain yang digelar pada bulan November 2022 lalu, Syekh Ahmad At-Tayeb menyampaikan pentingnya meningkatkan persatuan Islam.
Grand Syekh Al-Azhar Harapkan Lahir Konstitusi Ahli Kiblat
Berikut poin-poin penting Pidato Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad At-Tayeb yang juga merupakan Ketua Majelis Hukama Muslimin dalam pembukaan Konferensi Dialog Intra-Islam di Bahrain:
- Konferensi Dialog Intra-Islam ini diselenggarakan untuk memperbaiki apa yang masih bisa diperbaiki demi menyelamatkan “umat” ini dari ancaman kehancuran dan bahaya yang telah kita rasakan dampaknya. Konferensi ini diselenggarakan di tengah situasi di mana umat Islam berada di persimpangan jalan, di tengah badai dahsyat yang hampir menghancurkan peradaban lima belas abad dan mencabutnya dari akarnya.
- Palestina—sebagai kompas penuntun umat dan isu utamanya—menjadi saksi nyata akan pentingnya “persatuan” kooperatif yang membela hak-hak umat ini. Konspirasi terhadap rakyat Palestina telah sampai di titik upaya pengusiran penduduk Gaza dari rumah mereka dan perampasan tanah mereka. Namun, berkat rahmat Allah, hal ini mendorong bangsa Arab dan Islam—baik rakyat maupun pemimpinnya—untuk bersatu menolak ketidakadilan ini, agresi terhadap tanah suci, dan pelanggaran kedaulatan negara-negara Muslim tetangga. Sikap ini memberikan harapan baru bagi persatuan barisan Islam.
- Saya menyerukan penyusunan rencana serius yang dapat diterapkan untuk mewujudkan persatuan, pemahaman, dan saling mengenal antara semua mazhab pemikiran Islam, serta dialog berkelanjutan yang menghindari penyebab perpecahan, fitnah, dan konflik berbasis etnis dan sektarian, dengan berfokus pada titik-titik kesepakatan dan persamaan. Dar At-Taqrib di Kairo, di bawah pengawasan Al-Azhar yang diwakili oleh para ulama dan profesor Al-Azhar, serta para ulama Syiah Imamiyah, telah menerbitkan majalah “Risalah Al-Islam” dalam sembilan jilid yang melampaui 4.000 halaman, mencakup periode delapan tahun dari 1949 hingga 1957.
- Kita harus mengakui bahwa kita hidup dalam krisis nyata yang membuat umat Islam membayar harga mahal di mana pun mereka berada. Tidak ada cara untuk menghadapi tantangan kontemporer dan krisis yang berkelanjutan kecuali dengan persatuan negara-negara Islam yang membuka saluran komunikasi antara semua komponen umat Islam, tanpa mengecualikan pihak mana pun, dengan menghormati urusan, batas, kedaulatan dan wilayah masing-masing negara.
- Topik “pendekatan” antara Sunni dan Syiah telah menjadi perhatian para ulama selama beberapa waktu. Mereka berusaha terus-menerus mengingatkan masyarakat Muslim tentang pentingnya hal ini, menanamkannya dalam pikiran mereka, dan menjadikannya bagian dari perasaan mereka setiap kali benih perpecahan dan perselisihan muncul. Meskipun demikian, topik ini masih terbuka seolah-olah belum pernah dibahas sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh penelitian yang membahas “pendekatan” ini hanya dalam kerangka debat teoretis, tanpa menerapkannya dalam tataran realitas masyarakat Muslim.
- Kita dapat belajar dari pengalaman orang lain di zaman kita yang berhasil mewujudkan “persatuan” kooperatif untuk membela hak-hak umat ini, melindungi rakyatnya dari ketidakadilan, kesombongan, dan tirani. Eropa, dengan 27 negaranya, tidak menemukan cara lain untuk membela rakyatnya, memperkuat perdamaian dan stabilitasnya, menjaga identitas dan kepribadiannya dari kehancuran dan asimilasi, mencapai pertumbuhan ekonomi, serta melindungi demokrasi warganya, selain melalui persatuan dan membentuk aliansi. Hal ini terjadi meskipun terdapat berbagai perbedaan bangsa, ras, dan bahasa yang mencapai lebih dari 24 bahasa, serta perbedaan keyakinan agama dan mazhab yang hanya memiliki sedikit kesamaan dalam hal akidah, ritual, dan tradisi.
- Saya mengajukan usulan yang saya anggap sebagai kebutuhan mendesak, bukan sekadar perbaikan, yaitu: para ulama terkemuka dari berbagai mazhab yang hadir dalam konferensi ini dapat menyusun “dokumen” atau “konstitusi” yang kita sebut: “Konstitusi Ahli Kiblat”, yang diawali dengan hadis sahih: “Barang siapa yang melaksanakan salat seperti salat kita, menghadap kiblat kita, dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah Muslim yang berada dalam perlindungan Allah dan Rasul-Nya; janganlah kalian mengkhianati perlindungan Allah terhadapnya.” Syekh Abu Zahrah telah mengajukan usulan ini sebelumnya, menetapkan prinsip-prinsip untuk konstitusi ini, dan alangkah baiknya jika Anda berkenan mempelajari dan mengembangkannya.
- Al-Quran dan Sunnah Nabi kita mengajarkan bahwa prioritas persatuan dan kesatuan selalu ditempatkan di urutan teratas, di samping memperingatkan soal perpecahan dan perselisihan.
Konferensi Dialog Islam-Islam diselenggarakan oleh oleh Al-Azhar, Majelis Hukama Muslimin dan Dewan Tertinggi Urusan Islam Bahrain di bawah naungan Raja Kerajaan Bahrain, Yang Mulia Raja Hamad bin Isa Al Khalifa. Perhelatan ini berlangsung selama dua hari, Rabu dan Kamis, 19-20 Februari 2025.
Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.
Komentar
Posting Komentar