Mengenal Para Ulama Besar dari Andalusia, dari Ibnu Rusyd hingga Imam Qurthubi - NU Online

 

Mengenal Para Ulama Besar dari Andalusia, dari Ibnu Rusyd hingga Imam Qurthubi

Sejarah Andalusia, yang saat ini berada di wilayah Spanyol, mencatat masa kejayaan umat Islam dan para ulamanya selama hampir 800 tahun. Telah menjadi sunnatullah bahwa negeri yang kuat kemudian menjadi lemah karena ditaklukkan oleh negeri lainnya, begitu juga dengan kebesaran Islam di Andalusia. Di sisi lain, kelemahan  negeri muslim umumnya disebabkan oleh banyaknya kemaksiatan, pengkhianatan, akhlak buruk dalam diri penguasa dan rakyat. Hal ini menyebabkan berkurangnya keberkahan dan melemahkan kekuatan sebuah negeri.

 

Dalam sejarahnya, Andalusia telah melahirkan sejumlah intelektual, ulama, pejuang dan orang-orang saleh. Para ulama ini tersebar di Toledo, Zaragoza, Malaga, Qurtuba, Granada dan daerah lainnya. Di antara ulama dari Toledo adalah Al-Qadhi Abu Al-Qasim Sha'id bin Ahmad bin Abdurrahman bin Sa'id Al-Andalusi. Meskipun berasal dari Qurtuba, ia menjadi figur terkemuka di Toledo dan dapat dianggap sebagai ahli sejarah terkemuka pada masanya. Ia dikenal memiliki wawasan yang luas, kecerdasan yang luar biasa, serta penguasaan yang mendalam dalam ilmu riwayah dan dirayah.

 

Tokoh ini termasuk salah satu murid dari Ibnu Hazm, ulama besar dari Andalusia. Sha'id Al-Andalusi dikenal sebagai pemikir Arab pertama yang berusaha menafsirkan dan menjelaskan tabiat perilaku manusia sesuai dengan perubahan iklim. Ia menjabat sebagai qadhi negeri Toledo di masa pemerintahan Al-Ma'mun bin Dzun-Nun. la tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

 

Karya Sha'id Al-Andalusi yang paling masyhur adalah Thabaqat Al-Umam yang ditulisnya pada tahun 460 H/1067 M.  Hubungan dengan gurunya, Ibn Hazm, terekam dalam kitab Imam Al-Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala’, (Kairo, Muasasah Ar Risalah, 2001:XVIII/184), sebagaimana berikut:

 

وقال الإمام أبو القاسم صاعد بن أحمد : كان ابن حزم أجمع أهل الأندلس قاطبة العلوم الإسلام ، وأوسعهم معرفة مع توسعه في علم اللسان  ووفور حظه من البلاغة والشعر ، والمعرفة بالسير والأخبار

 

Artinya: “Imam Abu al-Qasim Sha'id bin Ahmad berkata: Ibnu Hazm adalah orang yang paling berilmu di antara seluruh penduduk Andalusia dalam ilmu-ilmu Islam, dan yang paling berilmu di antara mereka, dengan keluasannya dalam ilmu bahasa, dan kelimpahannya dalam ilmu retorika dan syair, dan pengetahuannya tentang biografi dan berita.”

 

Di negeri Zaragoza, terdapat sejumlah ulama dan intelektual ternama seperti Ibnu Bajah, seorang filsuf terkemuka; Ath-Thurthusyi (451-510 H/1059-1126 M), seorang ahli fikih; serta Ismail bin Khalaf, seorang qari’ yang terkenal. Selain itu, terdapat pula sosok Abu Bakar Al-Arabi (468-543 H), yang dilahirkan di Sevilla pada tahun 468 Hijriah. Setelah menimba ilmu di Andalusia, ia merantau bersama ayahnya untuk melanjutkan studi di Baghdad. Dalam pengembaraannya, ia melewati berbagai negeri, termasuk Mesir, ayahnya wafat di kota Iskandaria dan dimakamkan di sana. Pada tahun 491 Hijriah, Abu Bakar Al-Arabi kembali ke Andalusia.

 

Salah seorang gurunya yang paling terkenal ialah Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali, Al-Faqih Abu Bakar Asy-Syasyi, Al Allamah Al-Adib Abu Zakaria At-Tibriz, Al-Allamah Abu Bakar Ath-Thurtusyi, dan beberapa ulama besar lainnya. Setelah kembali ke Andalusia, ia membawa ilmu pengetahuan yang luas serta sanad hadits yang berkualitas tinggi. la berhasil mendidik beberapa orang murid yang belakangan menjadi ulama besar, di antara muridnya yang paling menonjol ialah Al-Qadhi Iyadh dan Abu Ja'far bin Al-Badzis (Ragib As-Sarjani, Qissatul Andalusiamin Fathi ila As-Sukut, [Kairo, Muassasah Iqra’: 2010], h. 519).

 

Selanjutnya, negeri Andalusia juga melahirkan sosok Al-Qadhi Al-Imam Al-Mujtahid Al-Yahsabi yang lahir di kota Ceuta pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 476 Hijriyah. Putranya, Al-Qadhi Abu Abdillah Muhammad, menulis sebuah kitab yang mengabadikan jejak peninggalan sang ayah, berjudul At-Ta'rif bi Al-Qadhi Iyadh. Kitab ini menjadi rujukan banyak ulama ahli sejarah dan ulama lainnya.

 

Amrun (buyutnya Al-Qadhi Iyadh) adalah seorang ulama ahli Al-Qur'an ternama. Ia berhasil menunaikan ibadah haji sebanyak sebelas kali, dan sering ikut berperang bersama Al-Manshur bin Abu Amir. Kemudian ia pindah ke Sabtah (Cueta) dan di sana ia dikaruniai seorang putra bernama lyadh. Selanjutnya lyadh dikaruniai seorang putra bernama Musa. Dari Musa Al-Qadhi ini lah lahir seorang putra bernama Abul Fadhl Iyadh.

 

هو أبو الفضل عياض بن موسى بن عياض بن عمرون بن عياض بن محمد بن عبد الله بن موسى بن عياض اليحصبي ولد بسبتة ، وهو أندلسي الأصل ، كان أجداده بالأندلس ثم انتقلوا إلى مدينة فاس ، واستقروا بعد ذلك بالقيروان ، وكان مولده في شعبان سنة ست وتسعين وأربعمائه

 

Artinya: “Beliau adalah Abul Fadhl Ayyad bin Musa bin Ayyad bin Amru bin Ayyad bin Muhammad bin Abdullah bin Musa bin Ayyad al-Yahsabi. Beliau lahir di Ceuta, beliau berasal dari Andalusia, nenek moyangnya berada di Andalusia kemudian pindah ke kota Fez, lalu menetap di Kairouan, dan lahir pada bulan Sya'ban tahun  496 Hijriah.” (Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi Takrif Huquqil Mustafa, [Kairo, Darul Hadist, 2004], h. 5).

 

Ulama-ulama Andalusia selanjutnya yang hidup pada zaman Yusuf bin Abdul Mu'min adalah Ibnu Al-Awwam (wafat tahun 580 H/1185 M). Nama lengkapnya adalah Zakaria Yahya bin Muhammad atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Awwam Al-Isybil dan berasal dari Isybiliah (Sevilla). Ia hidup pada masa yang penuh pergolakan di Andalusia. Pada masa pemerintahan Ya'qub Al-Manshur, muncul ulama terkenal lainnya yaitu Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M). Nama lengkapnya adalah Abul Walid Muhammad bin Abul Qas Ahmad bin Syaikh Al-Maliki lahir pada tahun 520 H/1126 M. (Ragib As-Sarjani, Qissatul Andalusia..., h.  574)

 

Selanjutnya Muhammad Bin Sa'id Bin Zarqun (502-586 H/1109-1190 M), bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id bin Ahmad bin Sa'id Al-Anshari Al-Isybili Al-Maliki, atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Zarqun. la lahir pada tahun 502 H di Zaragosa, sekarang disebut Hurez yang terletak di kawasan selatan Spanyol. Setelah menimba ilmu dari beberapa orang guru di daerah ini, ia diajak pindah oleh ayahnya ke Marrakesh. Selanjutnya ia pindah lagi ke Andalusia dan mengembara di sana. Setelah dekat dengan Al-Qadhi lyadh, ia kembali menuntut ilmu di Marrakesh dan di Ceuta. Ibnu Zarqun menjabat sebagai seorang hakim di Sevilla dan di Syelb. Ulama ahli hadits Andalusia ini memiliki sebuah tulisan yang menghimpun Al-Jami' Al-Kabir oleh At-Tirmidzi dan Sunan Abi Daud. la meninggal dunia di Sevilla pada pertengahan bulan Rajab tahun 586 H/1190 M dalam usia 84 tahun. (Ragib As-Sarjani, Qissatul Andalusia..., h.  601).

 

Di Andalusia juga lahir seorang tokoh bernama Imam Asy-Syathibi (538-590 H/1144-1194 M) yang memiliki nama lengkap Abu Muhammad alias Abul Qasim Al-Qasim bin Firruh bin Khalaf bin Ahmad Ar-Ra'ini Al- Andalusiai Asy-Syathibi. Ulama besar yang tuna netra ini lahir di daerah Syathibiyah termasuk wilayah Andalusia pada tahun 538 H/1144 M (Imam Al-Dzahabi, Tarikh al-Islam wa Wafiyat al-Masyahir wa al-A’lam, [Kairo, Darul Kutib Ilmiyah, 2006], Jilid XII, h. 913).

 

Ulama-ulama yang terkenal di Zaman Sultan An-Nashir yaitu Ibnu Jubair (540-614 H/1145-1217 M). Seorang sastrawan yang suka mengembara. la dilahirkan pada tahun 540 Hijriyah di Valencia. Setelah mempelajari ilmu qiraat, ia kemudian menekuni ilmu sastra hingga menjadi seorang sastrawan sekaligus penulis ternama. Di antara hasil tulisannya yang terkenal ialah Rihlah Ibn JubairNazham Al-Juman fl At-Tasyki min Ikhwan Az-ZamanNatijah Wajdi Al-Jawanih fi Ta'bin Al-Qurn As-Shalih (Ragib As-Sarjani, Qissatul Andalusia..., h.  620).

 

Selanjutnya ada Ibnu Al-Qurthubi (556-611 H/1121-1214 M). Nama lengkapnya Abdullah bin Al-Hasan bin Ahmad bin Abul Hajjaj Yusuf bin Abdullah Al-Anshari Al-Malaqi, penduduk Qurtuba, atau yang biasa dipanggil Abu Muhammad, atau yang lebih dikenal dengan nama Al-Qurthubi. la dilahirkan di Malaga pada tanggal 22 Dzulqa'dah tahun 565 H/November 1161 M. (Imam al Qurtubi, Jami li Ahkamil Quran, [Kairo, dar Al Kutub Al Misriyah: 1964], h. 6). Selain dikenal sebagai ulama qira'at yang ahli dalam ilmu tajwid, beliau juga seorang tokoh ulama ahli hadits. la memiliki wawasan pengetahuan yang sangat luas tentang hadits, seluk beluknya. 

 

Para sejarawan juga memasukkan Ibnu Bathutah (702-779 H/1304-1377 M) yang dikenal dengan penjelajahannya hingga ke Samudra Pasai. Ia menulis kitab yang sangat popular yaitu Rihlah Ibn Batutah. Nama lengkapnya  Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawatı Ath-Thanji dilahirkan di Tangier pada tahun 703 H/1304 M. la dikaitkan pada suku Lawatah, yakni suku bangsa Barbar cukup besar yang wilayah pedalamannya membentang sampai ke pantai Afrika Utara, dan dari laut sampai ke Libya. Sebagai tokoh pengembara, ia telah menghabiskan waktu selama 28 tahun untuk menjelajahi seluruh bagian dunia yang terkenal pada masanya. (Ibn Batutah, Rihlah Ibn Batutah, [Mesir, Muassasah Hindawi: 2020], h. 10)

 

Itulah sejumlah tokoh intelektual dan ulama yang berasal dari Andalusia, Spanyol. Kehadiran ulama-ulama besar ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pilar utama dalam mewujudkan peradaban.  Sampai saat ini, ilmu yang diwariskan dari mereka masih terjaga dan memberikan inspirasi hingga saat ini. Wallahu a‘lam.

 

Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam Asal Aceh.

Baca Juga

Komentar

Baca Juga