Khutbah Jumat: Hidup Sederhana untuk Wujudkan Keluarga Bahagia - NU Online

 

Khutbah Jumat: Hidup Sederhana untuk Wujudkan Keluarga Bahagia

Hidup sederhana merupakan anjuran luhur yang diperintahkan Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah. Bukan hanya disampaikan pada umatnya, Rasulullah pun menerapkan hidup sederhana dalam kehidupan keluarga yang patut kita teladani. Dengan kesederhanaan, kehidupan keluarga bisa bahagia dan membawa keberkahan bagi semua. Jika semua keluarga menerapkan hidup sederhana, maka kebahagiaan kolektif dalam masyarakat pun akan tercipta.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Hidup Sederhana untuk Wujudkan Keluarga Bahagia". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Sebagai hamba yang telah dikaruniai banyak anugerah nikmat dalam kehidupan, sudah selayaknya dan seharusnya kita mengungkapkan rasa syukur kepada Allah agar nikmat ini bisa terus kita nikmati. Wujud syukur ini di antaranya dengan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah yakni menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Penguatan takwa akan menguatkan rasa syukur yang selanjutnya akan menjadikan kita hamba yang terus ditambah kenikmatan oleh Allah.

 

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:

 

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 

 

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Selain bersyukur dengan penguatan ketakwaan, rasa syukur atas nikmat ini juga bisa diwujudkan dalam gaya hidup sederhana alias tidak berlebih-lebihan. Kesederhanaan adalah salah satu prinsip penting dalam Islam yang saat ini sering diabaikan, terutama di zaman modern yang serba materialistis saat ini. Kebanyakan kita menilai dan mengukur kesuksesan orang lain dari materi dan kekayaan sehingga banyak dari kita bangga dan ingin tampil layaknya orang kaya agar terlihat sukses.

 

Padahal dengan menerapkan gaya hidup seperti ini, kita sedang menjerumuskan diri pada kesulitan yang akan membebani hidup kita sendiri. Bagaimana tidak? pepatah “Besar pasak daripada tiang” pasti akan kita alami jika kita memaksakan diri memenuhi ambisi terlihat kaya. Pengeluaran pasti akan lebih besar dari pemasukan yang kita peroleh sehingga kita akan menghadapi kesulitan hidup.

 

Pola hidup sederhana menjadi jawaban atas semua ini. Kesederhanaan dalam hidup akan membawa dampak positif bukan hanya pada diri kita, namun bagi keluarga dan masyarakat yang ada di sekitar kita. Dengan hidup sederhana, keluarga menjadi lebih mudah untuk merasakan kebahagiaan. Banyak keluarga yang berantakan atau mengalami konflik, karena berlomba-lomba dalam mencari harta dan kehidupan dunia, hingga mengorbankan waktu bersama keluarga dan ibadah.

 

Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam kesederhanaan. Beliau selalu merasa cukup dan bersyukur dalam kehidupan yang sederhana. Inilah yang justru menjadikan beliau manusia yang paling mulia dan bahagia, karena beliau memiliki kekayaan hati dan selalu dekat dengan Allah SWT. Keteladanan Rasulullah dalam kesederhanaan hidup ini dilakukan dengan tidak selalu membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain. Beliau bersabda:

 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

 

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: “Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih nyata membuat kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Muttafaq ‘alaih).

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Pola hidup sederhana ini harus diaplikasikan dengan mengedepankan nilai-nilai ajaran Islam seperti qana’ah atau merasa cukup dan menghindari perilaku berlebih-lebihan atau boros. Mari prioritaskan kebutuhan utama dan jangan terlalu mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan kita. Hindari pola hidup boros dan berlebih-lebihan sesuai perintah Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 26-27:

 

وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا 

 

Artinya: “Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

 

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa ayat ini adalah perintah tegas larangan memboroskan harta. Pemborosan diartikan sebagai tindakan merusak harta dengan pengeluaran yang berlebihan dan tidak bermanfaat. Allah swt bahkan mengaitkan tindakan boros ini dengan sifat setan. Perbandingan ini menunjukkan betapa buruknya sifat boros dalam pandangan Islam yang merupakan lawan dari sifat sederhana.

 

Hidup sederhana mengurangi beban pikiran dan tekanan untuk selalu mengejar standar hidup yang tinggi. Hal ini akan mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul karena keinginan yang berlebihan atau gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan. Hidup sederhana memungkinkan kita untuk lebih cermat mengelola pengeluaran dan menyesuaikannya dengan pendapatan. Dengan begitu, risiko terlilit utang atau mengalami masalah keuangan bisa dikurangi.

 

Hidup sederhana juga mengajarkan kita untuk menghargai hal-hal kecil, termasuk kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman. Dengan fokus pada aspek kebersamaan, hubungan sosial menjadi lebih berkualitas dan tidak terpengaruh oleh hal-hal materi. Dengan kondisi dan situasi nyaman dan tentram ini, maka kebahagiaan akan muncul.

 

Kesederhanaan mengajarkan kita untuk merasa cukup (qana’ah) dan menerima dengan lapang dada apa yang Allah berikan. Nilai ini akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih bersahaja, tidak rakus, dan tidak tamak terhadap hal-hal duniawi di antaranya adalah harta yang dimiliki di dunia.

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Rasulullah menyebut ada dua jenis orang yang menggunakan harta. Beliau bersabda:

 

      إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ، وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ، كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)  

 

Artinya: “Sesungguhnya harta ini seperti tanaman yang indah nan hijau. Orang yang memperolehnya dengan cara yang benar dan menempatkannya pada jalan yang benar, maka harta itu akan menjadi penolongnya (untuk taat dan memperoleh pahala). Dan barangsiapa memperolehnya dengan cara yang tidak benar, maka ia seperti orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang” (HR Muslim)

 

Semoga kita tergolong orang-orang yang mampu menggunakan nikmat harta dari Allah dengan bijaksana dengan menerapkan kesederhanaan dalam hidup. Semoga kita dan keluarga kita akan senantiasa diberi nikmat kebahagiaan di dunia dan juga akhirat. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung

Baca Juga

Komentar

Baca Juga