Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat - NU Online

 

Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat

Tak disangka, ternyata banyak manusia yang akan bangkrut di akhirat. Yaitu orang yang pahala kebaikannya habis tak bersisa. Lantas apa penyebabnya amal kebaikan mereka habis? Khutbah Jumat ini akan membahas tentang hal tersebut dengan judul: “Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat.”


Untuk mencetak silahkan klik fitur download warna merah pada desktop di bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!  



Khutbah I 


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ. أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ ، وَتَفَكَّرُوْا فِي نِعَمِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْهُ، وَاذْكُرُوا آلَاءَ اللهِ وَتَحَدَّثُوا بِفَضْلِهِ وَلَا تَكْفُرُوْهُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: وَما أُمِرُوا ‌إِلَاّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ ‌مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ ،صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ 


Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt Dzat yang tak henti-hentinya melimpahkan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, termasuk nikmat taufik, hidayah, dan nikmat berjamaah seperti sekarang ini.   


Shalawat teriring salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Habibana Muhammad saw. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabat, para tabiin, tabi’ tabiin-nya, hingga kepada kita semua selaku umatnya. 
 

Tak lupa melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat khusus kepada diri sendiri, umumnya kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sebab, hanya bekal takwa, kita bisa lebih memaksimalkan ketaatan kita kepada-Nya dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya.  


Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Setiap amal ibadah yang kita tunaikan, hendaknya dilatarbelakangi dengan keikhlasan karena Allah. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Bayyinah ayat 5


وَما أُمِرُوا ‌إِلَاّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ ‌مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ


Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah),”


Dijelaskan oleh para ulama tafsir, Imam Muqatil bin Sulaiman dalam Tafsir Al-kabir-nya, maksud dari kata mukhlisin dalam ayat ini adalah mentauhidkan Allah swt. Konsekuensinya, setiap amal yang kita tunaikan pun tidak ditujukan kepada siapa pun kecuali kepada-Nya. Tidak ada yang diharapkan selain ridha-Nya.


Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Di samping harus beramal dengan ikhlas, kita juga harus menjaga amal kita dari segala hal yang merusak pahala dan balasannya. Sebab sungguh rugi kita, sudah beramal, namun tidak ada nilainya di hadapan Allah. 


Sebagaimana yang sering khatib sampaikan, di antara hal yang menggugurkan dan menjadi penghapus pahala amal kita adalah penyakit riya dan hasud. Sifat riya artinya perasaan hati di mana kita beramal seraya mengharapkan penilaian dan penglihatan makhluk. 


Makanya, penyakit riya ini disebutkan oleh Rasulullah saw sebagai syirik kecil bahkan penyakit yang paling dikhawatirkan dari umatnya. Hal itu sebagaimana yang terungkap dalam hadits:
 

إنَّ أخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ ‌الشِّرْكُ ‌الأَصْغَرُ ‌الرّياءُ يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ القيَامَةِ إِذا جَزَى النّاسَ بأَعْمالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُونَ فِي الدُّنْيا فانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً


Artinya: “Perkara yang paling aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil, yaitu riya. Kelak pada hari kiamat, saat membalas amal-amal manusia, Allah akan berkata, ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu sewaktu di dunia kalian harapkan pahalanya! Perhatikanlah apakah kalian melihat ada balasan pada mereka?’” (HR. Ahmad). 


Berikutnya, perusak pahala amal kita adalah sifat hasud. Artinya, perasaan kotor dalam hati kita yang menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain. Salah satu cara untuk mengidentifikasi penyakit ini dalam hati kita adalah adanya rasa sedih saat melihat orang lain senang, sebaliknya senang jika melihat orang lain sedih. Jika masih ada sifat itu berarti hati kita masih dihinggapi sifat hasud sehingga harus segera dibersihkan. 


Hadirin sekalian, kita harus menyadari betul bagaimana bahayanya sifat ini, sebagaimana yang diperingatkan oleh Rasululullah saw kepada kita semua:
  

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ؛ فَإِنَّ ‌الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تأكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ


Artinya: “Jauhilah sifat hasud! Sesungguhnya penyakit hasud akan memakan (pahala) amal kebaikan, sebagaimana api melahap kayu bakar,” (HR. Abu Dawud).  


Betapa merugikannya penyakit hasud. Bagaimana tidak, karena ia dapat menggugurkan balasan amal kebaikan yang kita lakukan. Sungguh rugi setelah beramal kita tak mendapat balasan apa-apa di hadapan Allah karena terhapus oleh rasa riya dan hasud yang bersarang dalam hati kita. 
  

Makanya bersihkanlah segera hati kita dari dua penyakit membahayakan ini. Sadarilah, makhluk tak bisa memberi manfaat dan madharat apa-apa. Mengapa harus mengharapkan pembalasannya. Di manakah posisi Allah jika kita beramal masih mengharap pandangan makhluk. Takutlah kita mendapat pengusiran Allah pada hari Kiamat. “Pergilah kalian dan mintalah balasan kepada orang yang menjadi tujuan amalmu di dunia?
 

Demikian halnya dengan sifat hasud atau dengki. Jauhilah dengan memperbanyak rasa syukur dan rasa ridha terhadap karunia Allah. Sebab, sifat hasud atau dengki ini seringkali datang dari hati yang tidak puas terhadap karunia dan pemberian Allah.   


Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah,  

Tak kalah bahayanya dari penyakit riya dan hasud, adalah perbuatan zhalim kepada sesama makhluk. Bedanya, jika hasud dan riya dapat langsung menggugurkan pahala amal, sementara perbuatan zhalim tidak menghapus pahala amal, tetapi membuat pelakunya kehilangan balasan amal baik karena dipakai untuk membayar kezhaliman-kezhalimannya.
  

Dijelaskan para ulama, perbuatan zhalim sendiri adalah mengalihkan perkara yang hak kepada yang batil. Termasuk dalam pengertian zhalim adalah mengalihkan sesuatu dari tempat atau waktu asalnya. Ada lagi yang mendefinisikan, zhalim itu merampas dan mempergunakan hak orang lain atau melampaui batas yang dibenarkan.  


Jika melihat pengertiannya, zhalim ditafsirkan beragam. Namun, seluruhnya mengacu kepada hal yang sama, yaitu perbuatan merampas hak orang lain dan yang tidak semestinya dilakukan karena dapat menimbulkan dosa. Lebih bahaya lagi, perbuatan zhalim dapat menggagalkan pahala amal kita kelak di hadapan Allah. Sebab, pada hari kiamat, semua amal akan dipertanggung-jawabkan. Termasuk jika ada hak orang lain yang pernah dirampas harus dikembalikan dengan cara memberikan amal kebaikan kita kepada pihak yang dizhalimi.
 

Makanya di akhirat kelak, ada golongan yang muflis atau bangkrut. Artinya, golongan yang pahala kebaikan-kebaikannya habis karena dipakai membayar kezaliman-kezalimannya. Setelah kebaikannya habis dipakai membayar kezhaliman, maka keburukan orang yang dizhalimi akan ditimpakan kepada dirinya. Itulah yang mengakibatkan ia bangkrut di akhirat tidak memiliki kebaikan.
 

Penjelasannya, bukan berarti ia tidak pernah melakukan kebaikan sewaktu di dunia. Tetapi pahala kebaikannya diberikan kepada orang lain. Sehingga celakalah golongan orang yang suka zhalim dan merampas hak orang lain.
 

Karena itu, segala bentuk kezhaliman, terutama yang menyangkut hak orang lain, sudah jauh-jauh hari diingatkan Rasulullah saw dalam haditsnya. Suatu ketika beliau bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa orang yang muflis (bangkrut) di antara kalian?” Mereka menjawab, “Orang muflis di tengah kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta.” Lantas Rasulullah saw menjelaskan:   


فَإِنَّ ‌الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَزَكَاةٍ وَصِيَامٍ، قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُقْضَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ


Artinya: “Orang muflis dari kalangan umatku adalah orang yang datang padi hari kiamat membawa amal shalat, zakat, dan puasa, namun ia pernah mencaci si ini, menuduh si ini, makan harta si ini, menumpahkan darah si ini, memukul si ini. Sehingga yang ini dibayar dengan kebaikan ini. Yang itu dibayar dengan kebaikan itu. Setelah semua kebaikannya habis, sebelum selesai melunasi kewajibannya, maka keburukan orang yang dizhalimnya diambil lalu dilimpahkan kepadanya, hingga ia harus terlempar ke dalam siksa neraka.
 

Itulah tiga penggugur dan penghapus pahala amal yang membuat pelakunya bangkrut dan tak punya pahala kebaikan di akhirat. Marilah kita berusaha menjauhi tiga perkara tersebut agar amal kita tetap utuh hingga di hadapan Allah. Bukan hanya catatannya, tetapi juga balasan dan pahalanya. Semoga kita termasuk golongan yang dapat mempertahankan amal kebaikan hingga mengantarkan kita ke dalam surganya Allah swt. Amin ya rabbal alamin.
    

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ ، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، اَللَّهُمَّ يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ ، وَيَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ ، وَيَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ ، وَيَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ ، وَيَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ ، وَيَا مَأْمَنَ كُلِّ مَخِيْفٍ ، يَسِّرْ عَلَيْنَا كُلَّ عَسِيْرٍ ، فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِ عَلَيْكَ يَسِيْرُ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat

Baca Juga

Komentar

Baca Juga