Kronologi Lengkap Pengeroyokan Rombongan Kiai NU dan Banser di Karawang - NU Online

 

Kronologi Lengkap Pengeroyokan Rombongan Kiai NU dan Banser di Karawang

Jakarta, NU Online

Pengurus NU Karawang, Ahmad Ruchyat Hasby mengungkapkan kronologi pengeroyokan yang menyasar rombongan kiai dan Banser di Karawang pada Sabtu (10/8/2024) malam. Belakangan diketahui tokoh NU yang menjadi korban amukan massa tak dikenal ini adalah KH Ihsanudin Al Baedowi, selaku Rais Syuriyah MWCNU Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, serta Banser Bekasi dan Pengasuh Pesantren Manbaul Ulum Karawang, KH Asep Syarif.


Ruchyat, yang akrab disapa Kang Uyen, mengatakan bahwa kejadian ini bermula saat rombongan hendak menuju lokasi pengajian di Pondok Pesantren Al Baghdadi. Tetapi, dalam perjalanan, rombongan tersebut berhenti sejenak di Pesantren Mambaul Ulum Rengasdengklok, jaraknya hanya sekitar 1 kilometer dari lokasi pengajian.


Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan. Namun, di tengah jalan, rombongan ini tiba-tiba dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal sebelum tiba di Pesantren Al Baghdadi.


"Pukul 21.00 WIB, rombongan keluar dari Pesantren Manbaul Ulum dan di tengah jalan dihadang oleh 5 sepeda motor berpelat B. Tak lama kemudian, ratusan orang menyusul pengendara motor tersebut. Mereka mengenakan jaket almamater bertuliskan 'Majelis Al Bahar'," ujarnya Ruchyat kepada NU Online, Rabu (10/8/2024).


"Rata-rata sepeda motor tersebut berpelat B, yang menunjukkan bahwa mereka kemungkinan bukan berasal dari Karawang. Indikasinya, mereka datang dari Cikarang, Bekasi. Yang dihadang adalah mobil Kiai Ihsan dari Cikarang, yang di belakangnya terdapat logo Banser dan NU," imbuh Ruchyat.


Salah sasaran

Insiden ini disinyalir merupakan penyerangan yang salah sasaran. Massa menduga bahwa tokoh yang berada di dalam mobil tersebut adalah KH Imaduddin Utsman al-Bantani, seorang pengasuh Pesantren Nahdlatul 'Ulum, Tangerang, Banten.


"Karena dihadang, mobil tersebut berhenti. Massa mulai mendekat ke mobil dan menanyakan Kiai Imaduddin Banten. Mereka berpikir bahwa dalam rombongan tersebut ada Kiai Imaduddin Al-Bantani. Mereka beranggapan bahwa Kiai Imad hadir dalam haul yang digelar di Pesantren Al Baghdadi Karawang. Nyatanya, beliau tidak hadir,” tutur Ruchyat.


Ruchyat menuturkan bahwa pada awalnya, Kiai Asep dan Kiai Ihsan berniat keluar dari mobil untuk menemui massa, namun dihalangi oleh Ao Mauludin (Banser) dan Arsanu (Santri Kiai Asep) yang turut serta dalam rombongan.


“Banser justru melindungi Kiai Asep dan Kiai Ihsan agar tidak keluar dari mobil dan tidak menjadi korban,” ucapnya.


Setelah pemukulan tersebut, rombongan membawa Mauludin (Banser) dan santri ke rumah sakit untuk melakukan visum, dan hasilnya dilaporkan ke Polsek Rengasdengklok dan Polres Karawang. Saat ini, pihak kepolisian tengah melakukan BAP terhadap beberapa saksi.


“Kemarin saya datang ke Polres Karawang untuk meminta agar pelaku segera diburu karena bukti-buktinya sudah jelas. Mobil yang rusak, wajah pelaku yang sudah kami screenshot, pelat nomor, dan almamater Majelis Al Bahar,” tuturnya.


Bermula dari undangan pelantikan

Ruchyat kemudian bercerita bahwa sebelum terjadi pengeroyokan terhadap Kiai Ihsan dan rombongan, pihaknya bersama Kiai Asep akan menggelar pelantikan Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI) dan Laskar Sabilillah Indonesia (LSI) Cabang Karawang.

 

Kegiatan yang digelar pada Senin, 12 Agustus 2024 di Makam Syekh Quro Pulo Bata, Desa Pulokalapa, Lemahabang, Karawang, tersebut rencananya akan mengundang Imaduddin Utsman yang merupakan pengurus PWI Pusat.


Acara tersebut belum digelar namun sejumlah ormas mendatangi Polres Karawang dan MUI untuk menggagalkan acara tersebut dan meminta agar MUI dan Polres tidak memberikan izin.


Ruchyat mengatakan bahwa sebelumnya ia bersama sejumlah kiai NU beberapa kali menerima pesan bernada ancaman melalui WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal karena mengadakan pengajian yang mengundang Kiai Imaduddin.

 

"Nomor-nomor tersebut secara sistematis berganti-ganti, dan nomor saya disebarkan ke banyak orang dengan tujuan untuk meneror saya. Ternyata, bukan hanya saya yang diteror, teman-teman lainnya juga mengalami hal yang sama,” ujar Ruchyat.


NU Online menerima bukti-bukti ancaman tersebut, di antaranya berupa pesan-pesan bernada ancaman dan makian terhadap Kiai Ruchyat yang juga terlibat sebagai panitia dalam acara tersebut. Pesan-pesan bernada ancamannya seperti berikut ini.


"Ari sia emang masih pengurus NU, tong mamawa NU lah (kalau kamu memang masih pengurus NU, jangan bawa-bawa NU lah). Aing (saya) warga Karawang. Orang NU tidak suka sama orang pemecah belah umat. Karawang kondusif .... kenapa ente (kamu) undang penghasut. Si Imad kan sudah Rungkat (jatuh). Di ajak debat kabur mulu.”


“Jangan sampai bini lo janda.”


“Ay didagoan hari H-na, geus lila yeuh teu olahraga (saya tunggu hari H-nya, sudah lama ini tidak berolahraga)."

Baca Juga

Komentar

Baca Juga