Malang-post.com - Megengan Ki Ageng Gribik, Arak Dua Gunungan Apem

MALANG POST – Warga kampung Madyopuro dan umumnya warga Malang yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Makam Leluhur Malang Ki Ageng Gribik, di Kota Malang, Jawa Timur, memiliki tradisi turun temurun menyambut Ramadan.
Begitu pula tahun 2025 / 1446 Hijriah kali ini. Pada Kamis (27/2/2025) mereka menggelar tradisi megengan kue apem. Ada sekitar 250 kue apem yang dibagikan untuk peziarah serta warga sekitar.
Meski hujan deras mengguyur lokasi digelarnya acara ini, namun tidak menyurutkan semangat dan kesakralan warga untuk membawa dua gunungan apem hingga ke pemakaman Ki Ageng Gribik.
Diiringi tarian sufi, dua gunungan apem ditempatkan di pendopo makam. Kemudian dilaksanakan upacara dan pembacaan doa.
Setelah seluruh ritual dilakukan, dianjutkan dua gunungan apem itu menjadi rebutan warga dan para santri yang sejak pagi dengan sabar mengikuti proses kegiatan.
Rohman salah seorang peziarah mengatakan. Ia sengaja datang ke makam Ki Ageng Gribik setelah berziarah ke makam kerabatnya. Kebetulan lokasi makam kerabatnya tidak jauh dari makam Ki Ageng Gribik.
“Saya ke makam orangtua. Kebetulan di makam umum lingkungan sini. Lalu sambung ke sini, leluhur Kota dan Kabupaten Malang,” imbuhnya.
Ia pun mengapresiasi megengan apem ini. Apalagi, ada makna filosofi tersimpan dengan tradisi megengan apem ini.
“Megengan menuju bulan yang agung. Kalau apem dari bahasa Arab, afwan. Orang Jawa menyebutnya ampunan. Jadi, bulan Ramadan ini penuh ampunan. Banyak berdoa, banyak istigfar ke Allah untuk mencari ampunan selama hidup,” jelasnya.
Sementara itu, Devi Nur selaku ketua panitia kegiatan ini menjelaskan. Bahwa kirab ini bertujuan untuk uri-uri budaya Jawa.
Kembali mengenalkan kue apem yang sangat kaya makna kepada generasi muda. Khususnya menjelang bulan suci Ramadan.
“Alhamdulillah kegiatan ini digelar hampir rutin dilakukan setiap tahunnya. Karena ini adalah salah satu uri-uri budaya dan wajib dilestarikan,” imbuhnya.
“Melalui tradisi ini, saling berbagi, sedekah, di bulan suci, generasi sekarang bisa lebih mengenal maknanya. Ini satu dari sekian menghadapi bulan Ramadan,” jelasnya.
Devi Nur, juga berharap. Kegiatan ini dapat menjadi pengingat masyarakat muslim di sekitar kawasan komplek pemakaman Ki Ageng Gribik. Agar dapat menjalani puasa dengan hati yang bersih dan penuh semangat. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)
Komentar
Posting Komentar