Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah - NU Online

 

Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah

Seorang suami yang bertanggung jawab akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan nafkah untuk anak dan istrinya. Bagaimana pun suka dan dukanya dalam bekerja, akan selalu ia tepis dan hadapi. Yang terpenting nafkah keluarga tercukupi dan bisa mendapatkan hidup layak. Namun, ada kalanya suami merasa letih dengan rutinitasnya mencari nafkah, dimarahi oleh atasan, terjebak macet, dan beban kerja yang terus bertambah. Sehingga hal ini menyebabkan dirinya kehilangan motivasi untuk bekerja mencari nafkah. 
 

Naskah khutbah Jumat memotivasi para suami untuk terus bersemangat mencari nafkah sebagai wujud ibadah. Khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah". Untuk mencetak naskah Khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 


Khutbah I


إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah kali ini, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benar takwa. Takwa adalah wasiat yang Allah berikan kepada kita sebagaimana firman-Nya:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali 'Imran: 102).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak istri merupakan aktivitas yang sangat mulia dan diridhai di sisi Allah swt. Sebab dengan mencukupi segala hak mereka, kita telah menjalankan perintah Allah swt. Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Al-Baqarah ayat 233, Allah swt berfirman:


 وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ 


Artinya: "Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka (anak-istri) dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya."


Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsirul Qur’anil Karim, menjelaskan bahwa ayat tersebut mengingatkan kepada seorang ayah atau suami bahwa memberikan nafkah kepada anak dan istri adalah suatu keharusan yang wajib ditunaikan dengan baik dan layak. Maksud dari nafkah yang baik dalam ayat ini ini adalah sesuai dengan kadar kebiasaan nafkah seorang suami kepada istri di daerah mana tempat mereka tinggal. Yakni, tidak berlebihan dan tidak terlalu kurang.


Standarnya adalah suami harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Ketentuan nafkah disesuaikan kembali dengan kemampuan seorang suami. Sebab kemampuan suami itu berbeda-beda. Ada yang kelas ekonominya tinggi, ada yang berada di kelas menengah, bahkan ada juga yang masuk kategori miskin. 


Hal ini diijelaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat At-Thalaq ayat 7 berikut ini:


لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا


Artinya: "Hendaklah orang yang lapang (rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah kelak akan menganugerahkan kelapangan setelah kesempitan."

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya, suami yang masih dianugerahi kesehatan oleh Allah swt, hendaklah mencari nafkah dengan semangat dan penuh rasa syukur. Sebab memenuhi nafkah lahir dan bathin kepada anak dan istri merupakan ibadah yang menjadi ladang pahala subur bagi suami. Berbagai keutamaan dan kelebihan dapat diperoleh apabila dalam mencari nafkah, suami selalu mengiringinya dengan niat baik, niat untuk beribadah dan memperoleh ridha Allah.


Salah satu kelebihan yang diperoleh suami ketika berusaha bekerja untuk memenuhi nafkah anak-istri dan keluarganya adalah pekerjaannya tersebut bernilai seperti jihad, berperang di jalan Allah swt. Nabi Muhammad saw bersabda dalam haditsnya, yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ka’ab bin ‘Ujrah:


عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَة، قَالَ: مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَرَأَى أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جِلْدِهِ وَنَشَاطِهِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ: ‌لَوْ ‌كَانَ ‌هَذَا ‌فِي ‌سَبِيلِ ‌اللهِ؟، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ


Artinya: "Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata: Suatu ketika seorang laki-laki dari kalangan sahabat berpapasan dengan Nabi Muhammad saw, para sahabat yang melihat kejadian tersebut menyaksikan warna kulit dan semangat laki-laki itu, lantas mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, seandainya laki-laki semacam itu ikut berjihad (perang) di jalan Allah.” Rasulullah saw pun menjawab perkataan para sahabat, “Jika laki-laki tersebut ke luar rumah untuk berusaha mencari nafkah untuk anaknya yang masih kecil, maka ia seakan-akan berjihad di jalan Allah. Jika ia keluar rumah untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan orang tuanya yang tua renta, maka ia seakan-akan berjihad di jalan Allah. Jika ia keluar untuk berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dirinya agar menjaga kehormatan, maka seakan-akan ia berjihad di jalan Allah. Namun sebaliknya, jika ia keluar dengan maksud riya’ dan berbangga diri, maka ia berada di jalan setan." (HR. Thabrani)


Selain itu, mencari nafkah untuk keluarga juga terhitung sedekah di sisi Allah swt. Dalam hadits Nabi saw dijelaskan: 


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ مَا أَنْفَقَهُ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا ‌أَنْفَقَهُ ‌عَلَى ‌أَهْلِهِ ‌فَهُوَ ‌لَهُ ‌صَدَقَةٌ، وَمَا وَقَى بِهِ عِرْضَهُ فَهُوَ صَدَقَةٌ


Artinya: "Rasulullah saw bersabda: Setiap perbuatan baik itu sedekah. Setiap harta yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki untuk dirinya sendiri, maka bernilai sedekah, Setiap harta yang dinafkahkan untuk keluarganya bernilai sedekah dan harta yang dijaga dengan tujuan memberi nafkah juga, bernilai sedekah." (HR. Al-Kharaithi)
 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Oleh karenanya, tidak ada lagi alasan kita sebagai suami dan kepala keluarga untuk bermalas-malasan dalam bekerja mencari nafkah untuk anak, istri dan keluarga. Selain nafkah merupakan kewajiban kita sebagai suami, nafkah juga menjadi salah satu wasilah yang mengantarkan kita ke surga Allah swt.


Semoga kita dihindarkan dari sifat malas untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa menjadi orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjadikan keluarga kita bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu, bersemangatlah mencari nafkah, karena itu adalah ibadah. Amin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر


Muhaimin YasinPegiat Kajian Keislaman, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat

Baca Juga

Komentar

Baca Juga